DPU Pengairan Banyuwangi Jelaskan Penyebab Banjir 5 Kelurahan

29 Nov 2022 - 16:34
DPU Pengairan Banyuwangi Jelaskan Penyebab Banjir 5 Kelurahan
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pengairan Banyuwangi, Guntur Priambodo melihat debit air sungai yang meluap (sahroni/afederasi.com)

Banyuwangi, (afederasi.com) – Banjir menggenangi lima kelurahan di wilayah Kecamatan Banyuwangi. Penyebab banjir selain karena curah hujan tinggi, juga diduga  akibat terjadinya pendangkalan di sepanjang aliran sungai Kali Lo. Selain itu, alih fungsi lahan di bagian hulu memperparah banjir di perkotaan Banyuwangi. 

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pengairan Banyuwangi, Guntur Priambodo mengatakan, saat curah hujan tinggi, sungai Kali Lo tak lagi mampu menampung debit air. Sehingga air over dan masuk ke permukiman warga.

Hal ini dikarenakan adanya pendangkalan sedimentasi pada daerah aliran sungai (DAS) Kali Lo menjadi salah satu faktor penyebab banjir. Maklum dalam kurun waktu lebih dari sepuluh tahun sedimintasi DAS Kali Lo sama sekali belum tersentuh. Hanya pada bagian muara saja yang baru dilakukan normalisasi.

"Sedimentasi aliran sungai Kalilo sangat tinggi akibatnya sungai menjadi dangkal. Ketika curah hujan tinggi air sungai langsung lompat dari tangkis yang dibangun," ujarnya kepada wartawan, Selasa (29/11/2022). 

Normalisasi pada aliran sungai Kalilo belum bisa terlaksana, karena alat berat tidak bisa masuk.

“Tadi (kemarin) kami sudah ketemu dengan Ketua RT di Panderejo, agar ada akses masuk satu dua rumah untuk dibebaskan sebagai pintu masuk alat berat backhoe. Karena padat rumah alat berat tidak bisa masuk dan tidak bisa melakukan normalisasi,” jelasnya.

Masyarakat, kata Guntur memang mengusulkan untuk tangkis (plengsengan) ditinggikan satu meter. Namun, lambat laun tangkis yang telah ditinggikan tersebut akan percuma jika tidak dilakukan normalisasi pengangkatan sedimen sungai. 

Apalagi, untuk aliran sungai saat ini bukan saja air yang mengalir melainkan sudah membawa material berupa tanah liat, lumpur dan batu. Itu seiring dengan adanya alih fungsi lahan di kawasan hulu. 

“Penanganan banjir di Banyuwangi ini tidak hanya terletak pada sungai dan saluran irigasi, melainkan juga secara komperhensif mulai dari kawasan hulu hingga hilir,” bebernya.

Untuk saat ini pengerukan sedimentasi sungai kalilo sudah tak bisa ditawar lagi. Pengerukan sedimentasi harus dilakukan sepanjang kalilo, mulai dari muara Kampung Ujung, Kepatihan, Tukang Kayu, Panderejo sampai Kelurahan Pengantigan. 

Penanganan banjir tersebut, imbuh Guntur tidak hanya sungai di kawasan Kecamatan Banyuwangi saja, melainkan juga sungai di kawasan Banyuwangi selatan. Pasalnya, alih fungsi lahan hampir merata terjadi di Banyuwangi. “Harus segera digalakkan kembali konservasi dengan mengembalikan fungsi tanaman sehingga jika hujan turun tidak membawa material yang mengakibatkan penumpukan sedimen di aliran sungai,” imbuhnya.

Jika tidak ada penanganan serius terhadap alih fungsi lahan, maka jangka panjang bisa mengancam ketahanan pangan di Kabupaten Ujung Timur Pulau Jawa ini. Betapa tidak, jika setiap hujan turun membawa material lumpur, tanah dan batu maka akan memperlambat laju transport air. Sungai-sungai akan menjadi dangkal. Suplai air ke saluran irigasi sawah juga akan terganggu.

“Hitungan saya sudah over, biaya operasional akan habis untuk normalisasi aliran sungai. Karena sungai-sungai sudah penuh dengan sedimen. Jika tidak dinormalisasi, Banyuwangi sebagai lumbung padi nasional bisa terancam,” tandasnya. (ron/dn) 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow