Brigjen R. Kretarto: Pahlawan Jombang Pertahankan Kemerdekaan dari Agresi Militer Belanda
Jombang, (afederasi.com) – Sosok Brigjen R. Kretarto mungkin dikenal banyak orang sebagai nama jalan nasional di Jombang. Namun, di balik penamaan itu, terselip sejarah panjang seorang komandan tangguh yang berjasa besar mempertahankan kemerdekaan Indonesia di wilayah Jombang pada periode 1945-1950.
Perjuangan Pak Kret, sapaan akrabnya, menjadi bukti nyata peran Jombang dalam kancah revolusi kemerdekaan melawan pasukan Belanda.Berdasarkan buku “Jejak Perjuangan Laskar Hizbullah Jombang” karya Moch. Faisol, karier militer R. Kretarto dimulai dari posisi strategis sebagai Ketua Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Jombang.
Jejaknya terus berlanjut ketika ia diangkat menjadi Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang merupakan cikal bakal berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pengalaman tempurnya sangat kaya.
Ia terlibat langsung dalam berbagai pertempuran melawan Belanda sejak 1945, dimulai dari Surabaya, Mojokerto, hingga memimpin pertahanan terakhir di Jombang. Saat itu, situasi sangat genting karena pasukan NICA Belanda telah menguasai Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, dan Malang.
“Sejak 1947, dia sudah menyandang pangkat Letnan Kolonel R. Kretarto dan dipercaya menjabat sebagai Komandan Resimen 32 dari Divisi VI/Narotama,” tulis Moch. Faisol, Senin(03/11/2025).
Perannya kian krusial saat Agresi Militer Belanda II meletus. Ketika pasukan Indonesia terdesak dan gagal meledakkan Jembatan Ploso—yang kala itu menjadi titik perbatasan—R. Kretarto tampil sebagai salah satu tokoh kunci dalam upaya mempertahankan wilayah Jombang dari invasi musuh.
Meski dokumentasi tentang perjuangannya terbatas, pengabdian Brigjen R. Kretarto tidak terlupakan. Pemerintah Kabupaten Jombang mengabadikan jasanya melalui pendirian monumen patung di dua lokasi berbeda.
1. Monumen Patung Brigjen R. Kretarto di PG Jombang Baru
Monumen megah ini terletak di pertigaan Jalan PB. Sudirman, sebelah utara PG Jombang Baru. Dibangun pada era Bupati Soewoto Adiwibowo, monumen ini diresmikan bertepatan dengan peringatan HUT TNI pada 5 Oktober 1997.
2. Monumen Patung di Desa Gongseng, Megaluh
Satu lagi monumen serupa dapat ditemui di Desa Gongseng, Kecamatan Megaluh. Sayangnya, kondisi patung ini memprihatinkan: cat memudar dan struktur bangunannya mulai lapuk. Keadaan ini menuai keprihatinan dari warga setempat.
“Sudah lama didirikan, mungkin sejak tahun 70-an. Kurang diperhatikan, padahal ini adalah peninggalan sejarah yang penting,” ujar Adit, seorang warga sekitar.
Profil singkat brigjen R Kretarto, berdasarkan inskripsi pada monumennya, Brigjen R. Kretarto lahir di Bandung pada 16 Januari 1913 dan wafat di Jawa Tengah, 26 Oktober 1961. Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Brigadir Jenderal (Brigjen) dengan jabatan sebagai Sekretaris Komando Tertinggi (KOTI).
Melalui monumen dan nama jalan yang diabadikan, sejarah perjuangan Brigjen R. Kretarto tetap hidup dan dikenang. Ia bukan sekadar nama di papan jalan, melainkan simbol ketangguhan dan dedikasi seorang komandan dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia di Jombang. Melestarikan monumennya sama halnya dengan menghormati jasa-jasa pahlawan lokal yang berperan besar dalam nation-building. (san)
What's Your Reaction?


