Beralih ke Energi Hijau, PLN Buka Keran Investasi Rp10 Ribu Triliun
Jakarta, (afederasi.com) - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membuka kran investasi lebih $700 miliar atau setara sekitar Rp10 ribu triliun untuk penerapan energi hijau. Hal ini dilakukan karena Indonesia telah berkomitmen untuk beralih sepenuhnya ke sumber energi baru terbarukan (EBT) pada 2060 mendatang.
PLN menjadi bagian penting dari transisi ini karena penyedia listrik nasional ini menjadi satu dari tiga sektor utama penyumbang energi kotor. Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PT PLN, Wiluyo Kusdwiharto mengatakan, dibutuhkan dana hingga Rp10 ribu triliun untuk mengonversi energi fosil menjadi EBT.
“PLN tidak punya uang sebanyak itu. Untuk itu kami membuka kesempatan untuk berkolaborasi, berpartner dengan lembaga-lembaga internasional, dengan perusahaan internasional maupun dalam negeri,” kata Wiluyo.
“Kami butuh juga soft loan, green fund, kemudian juga lembaga-lembaga donor yang sangat concerned dengan EBT ini, supaya peralihan menuju EBT ini bisa kami lakukan dengana baik,” tambahnya.
Menurut perhitungan PLN, pada tahun 2060 Indonesia akan membutuhkan listrik berkapasitas 600 GW (gigawatt) dari pembangkit EBT. Angka itu hampir sepuluh kali lipat dari kapasitas produksi pembangkit EBT saat ini yang mencapai 66 GW.
PLN yakin, Indonesia memiliki potensi jauh lebih besar dari kebutuhan listrik. Menurut data mereka, Indonesia memiliki potensi pembangkit surya atau matahari sekitar 3.295 GW, tenaga hidro 95 GW, bioenergi atau biomassa 57 GW, bayu atau angin 155 GW, panas bumi 24 GW dan laut atau tidal 60 GW.
“Jadi totalnya ada sekitar 3.686 GW potensi renewable. Kita tadi butuh hanya 600,” ucapnya.
“Untuk itu, yang menjadi tantangan sekarang adalah investasinya ini. Apakah kita bisa menyiapkan investasi sebesar itu untuk mendukung program net zero emission di tahun 2060,” tanya Wiluyo.
Sebelumnya, PLN telah menandatangani mandate letter senilai $750 juta dari delapan bank internasional dan multinasional untuk mendukung sejumlah proyek transisi energi hijau yang bakal digarap perseroan.
Mandat pembiayaan hijau ini ditandatangani oleh Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly dengan delapan pimpinan bank internasional dan multinasional yang disaksikan langsung oleh Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam rangkaian acara Energy Transition Day di Nusa Dua, Bali, Selasa (1/11/2022) lalu.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan pihaknya melakukan sejumlah inisiatif dalam mendukung agenda dekarbonisasi. Salah satunya adalah memensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan gencar membangun pembangkit EBT. Dalam menjalankan proyek mengejar target carbon neutral, katanya, PLN menyambut dukungan internasional dari sisi pembiayaan.
Darmawan menjelaskan dukungan internasional dan kolaborasi diperlukan dalam mendukung misi PLN dalam upaya menyukseskan transisi energi di Indonesia.
Delapan bank yang memperoleh mandat pembiayaan hijau ini adalah Bank of China, China Construction Bank, CIMB, DBS Bank, PT Bank Mizuho Indonesia/Mizuho Bank Ltd, OCBC, Sumitomo Mitsui Banking Corporation/Bank BTPN, dan United Overseas Bank (UOB). (ans)
What's Your Reaction?