APTI Jombang Soroti Panen Tembakau Terburuk, Harga Anjlok dan Serapan Pabrik Mandek

06 Oct 2025 - 18:00
APTI Jombang Soroti Panen Tembakau Terburuk, Harga Anjlok dan Serapan Pabrik Mandek
Petani saat sedang memanen tembakau di Desa Sumbergondang Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, Senin (06/10/2025) .(Foto: Santoso/afederasi.com)

Jombang, (afederasi.com) – Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Jombang menyatakan bahwa panen tembakau tahun 2025 merupakan yang terburuk dalam tiga tahun terakhir. Anomali cuaca dan lemahnya serapan dari pabrik rokok menjadi penyebab utama krisis ini.

Hal tersebut diungkapkan secara tegas oleh Lasiman, Ketua  DPC APTI Kabupaten Jombang. Ia menyebut kondisi petani tembakau saat ini sedang menghadapi badai dan tantangan yang sangat berat.

“Ya kalau bisa dibilang, ini panen terburuk kalau dibandingkan tahun 2023 dan 2024, dua tahun kemarin harganya bagus dan cuaca mendukung,” terang Lasiman pada Senin (06/10/2025).

Menurut Lasiman, masalah sudah dimulai sejak awal siklus produksi. Hujan yang terus turun di awal musim tanam menyebabkan penanaman mundur dan banyak petani yang terpaksa melakukan tanam ulang hingga beberapa kali.

“Setelah panen pun, hasil tembakaunya jadi kurang bagus, banyak yang rusak juga. Yang masih bisa panen, dihadapkan dengan sulitnya penjemuran,” ujarnya.

Kondisi cuaca yang tidak stabil dan cenderung redup menghambat proses pengeringan, baik untuk tembakau rajangan maupun janturan. “Sama saja, kondisi cuaca yang redup, membuat penjemuran tidak maksimal, yang rajangan bisa muncul jamur, yang janturan juga rentan jadi hitam,” jelas Lasiman.

Dampak langsung dari kualitas yang menurun adalah melambatnya serapan tembakau oleh gudang dan pabrik rokok. Lasiman menyoroti bahwa banyak tembakau kering petani, khususnya sistem janturan, yang masih menumpuk dan belum laku terjual.

“Mungkin karena pabrik juga tahu kualitasnya kurang di panen tahun ini, sehingga mereka lebih selektif. Kalaupun ada yang terserap harganya juga murah,” tambahnya.

Pernyataan Lasiman ini diperkuat oleh Ketua APTI Jawa Timur, Muhdi. Muhdi mengungkapkan bahwa sejumlah pabrik rokok besar memutuskan untuk tidak menyerap hasil panen petani tahun ini karena stok mereka yang masih sangat melimpah.

"Mereka (pabrik rokok besar) mengaku sudah memiliki banyak stok, bahkan hingga 4 tahun. Akan tetapi tembakau petani ini masih jalan (terserap) oleh pabrik rokok kecil," ujar Muhdi.

Penurunan harga jual menjadi pukulan telak bagi petani. Muhdi memberikan perbandingan yang signifikan.

"Kalau September tahun lalu bisa di kisaran harga Rp 45.000 hingga Rp 50.000 per kilogram, akan tetapi tahun ini hanya laku di bawah angka Rp 40.000 per kilogram," katanya.

Lasiman menambahkan bahwa harapan terakhir petani kini bertumpu pada panen tahap akhir, khususnya untuk daun bagian tengah hingga atas yang biasanya memiliki kualitas lebih baik.

“Sebagian petani masih berharap pada hasil daun tengah hingga atas yang biasanya kualitasnya lebih baik, semoga saja cuacanya mendukung dan harganya bisa membaik,” pungkas Lasiman.

Muhdi juga menekankan bahwa anomali cuaca telah menyebabkan kerusakan parah di beberapa daerah sentra tembakau, seperti di Bojonegoro dimana sekitar 500 hektare tanaman tembakau mati. Kondisi ini memperparah situasi yang sudah sulit, membuat prospek panen tembakau tahun 2025 suram. (san)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow