Antisipasi Fenomena El Nino, Peneliti BRIN Sarankan Petani Beralih untuk Menanam Pajale
Fenomena El Nino yang diperkirakan akan berlangsung hingga awal Desember mendatang telah mendorong petani untuk mengambil langkah antisipatif.
Sragen, (afederasi.com) - Fenomena El Nino yang diperkirakan akan berlangsung hingga awal Desember mendatang telah mendorong petani untuk mengambil langkah antisipatif. Para petani diimbau untuk memilih tanaman padi gogo, jagung, dan kedelai, atau pajale, sebagai opsi tanaman yang lebih tahan terhadap kondisi kekeringan. Saran berharga ini berasal dari Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eddy Hermawan. Menurutnya, pajale menjadi pilihan yang lebih bijak karena tanaman ini tidak memerlukan pasokan air yang besar.
"Bila sampai akhir tahun ini tanda-tanda turun hujan masih jauh, maka saya lebih memilih untuk mengganti tanaman yang tadinya padi menjadi pajale," ujarnya mengingatkan.
Eddy Hermawan tidak hanya memberikan saran, tetapi juga memberikan wawasan lebih mendalam mengenai fenomena El Nino.
"El Nino mulai bulan Mei 2023 dan mencapai puncak pada akhir November atau awal Desember. Kalau itu merupakan siklus yang sempurna, maka kembali normal atau netral pada akhir Maret, April, dan Mei 2024. Jadi, sekitar hampir satu tahun," kata Eddy menjelaskan.
Penekanan pada siklus El Nino ini menjadi penekanan penting mengingat dampaknya yang meluas dan berjangka panjang.
Tidak hanya menyarankan tanaman alternatif, BRIN juga telah mengkaji opsi penanaman padi di tanah gambut sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Namun, keputusan ini bukanlah keputusan yang bisa diambil dengan segera. Karena itu, Eddy menekankan pentingnya mempertimbangkan semua aspek dengan cermat sebelum mengambil langkah tersebut. Selain itu, ia juga memprediksi bahwa dampak El Nino akan memaksa Indonesia untuk meningkatkan kuota impor pangan sebagai upaya mengatasi kelangkaan.
Selain petani, pemerintah juga diingatkan untuk turut berperan dalam mengatasi dampak El Nino. Eddy memperingatkan agar pemerintah memantau kawasan-kawasan sentral pangan yang memiliki curah hujan monsunal, termasuk kota-kota seperti Jakarta, Semarang, Pekalongan, Pemalang, dan Surabaya. Selain itu, ia juga menggarisbawahi pentingnya pemantauan terhadap waduk-waduk yang berfungsi sebagai penampungan air. Beberapa bendungan di Jawa Barat dan Jawa Tengah telah mengalami penurunan debit air, seperti yang terjadi di Bendungan Katulampa di Kota Bogor. Dengan keprihatinan, Eddy Hermawan mengingatkan akan perlunya penghematan air yang lebih besar dan strategis mulai saat ini.(mg-2/mhd)
What's Your Reaction?


