Terdampak Longsor, Perbaikan Jalan Tulungagung-Trenggalek Terkendala Kajian Geologi

03 Feb 2025 - 19:10
Terdampak Longsor, Perbaikan Jalan Tulungagung-Trenggalek Terkendala Kajian Geologi
Kepala Dinas PUPR Tulungagung, Dwi Hari Subagyo ketika dikonfirmasi awak media di Kantornya, (ist)

Tulungagung, (afederasi.com) – Tiga infrastruktur di Tulungagung yang mengalami kerusakan akibat bencana di akhir 2024 diusulkan untuk mendapatkan bantuan tidak terduga (BTT) dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Namun, dari tiga usulan tersebut, hanya dua yang disetujui, sementara satu lainnya harus menunggu kajian geologi sebelum dapat diperbaiki menggunakan APBD.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Tulungagung, Dwi Hari Subagyo, mengungkapkan bahwa usulan BTT yang ditolak adalah perbaikan jalan di Desa Samar, Kecamatan Pagerwojo. Longsor yang terjadi di lokasi tersebut menyebabkan separuh akses jalan penghubung Tulungagung-Trenggalek terputus.

"Yang kami ajukan ada tiga, yaitu jalan di Desa Samar Pagerwojo, jalan di Desa Gedangan Sendang, dan jembatan di Desa Junjung Sumbergempol. Namun, hanya dua yang disetujui. Pengajuan untuk jalan di Desa Samar ditolak," jelas Dwi Hari, Senin (3/2/2025).

Dwi Hari menegaskan bahwa penolakan BTT untuk jalan di Desa Samar bukan tanpa alasan. Perbaikan jalan di lokasi tersebut membutuhkan kajian geologi lebih lanjut karena kondisi tebing yang mencapai ketinggian 11 meter. Penggunaan BTT dinilai kurang efektif karena sifatnya hanya sebagai solusi sementara, sementara perbaikan di lokasi ini harus dilakukan secara permanen agar konstruksinya lebih kuat dan tahan lama.

"Dengan kondisi medan seperti itu, perbaikan sementara tidak memungkinkan. Kami perlu memastikan konstruksi yang digunakan benar-benar kokoh dan sesuai dengan kondisi geologi di sana," ujarnya.

Berdasarkan perhitungan awal, perbaikan jalan di Desa Samar diperkirakan membutuhkan anggaran sekitar Rp 7 miliar. Karena tidak bisa menggunakan BTT, pihaknya berencana mengalokasikan dana dari APBD Tulungagung. Namun, hal ini masih dalam tahap koordinasi dengan Pj Bupati Tulungagung serta DPRD Tulungagung.

Salah satu tantangan utama dalam perbaikan jalan ini adalah kondisi tanah yang tidak stabil. Hasil kajian geologi menunjukkan bahwa lokasi jalan tersebut dulunya merupakan bekas sungai yang telah diuruk dan berada di area patahan serta longsoran. Bahkan, di bawah permukaan jalan ditemukan tujuh sumber mata air, yang berpotensi mempercepat pergerakan tanah jika tidak ditangani dengan metode yang tepat.

"Fakta ini semakin memperkuat alasan kenapa perbaikan harus dilakukan secara matang. Kami berharap, pada triwulan kedua tahun ini proses pengerjaan bisa dimulai," pungkasnya.(riz/dn)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow