SIKL: Garda Depan Diplomasi Pendidikan dan Pelestarian Budaya di Malaysia
Surabaya, (afederasi.com) – Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) memegang peran strategis sebagai garda terdepan diplomasi pendidikan di Malaysia. Selain mendidik generasi muda Indonesia di luar negeri, SIKL juga berfungsi sebagai wahana pelestarian budaya bangsa di tengah masyarakat Malaysia.
Ketua Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), Drs. Bambang Sugito, M.Sn., menegaskan pentingnya peran pendidikan dalam memperkenalkan serta melestarikan seni tradisional Indonesia di luar negeri.
“Melalui pendidikan di SIKL, siswa-siswi di Malaysia tidak hanya mendapatkan bekal akademik, tetapi juga wawasan budaya yang akan memperkuat identitas bangsa di tengah globalisasi,” ujar Bambang.
Program PKM yang dilaksanakan pada 22 Agustus 2024 ini bertujuan untuk mendalami konsep dasar tari tradisional sebagai sarana memperkenalkan budaya bangsa kepada masyarakat Malaysia. Menurut Bambang, tari tradisional bukan sekadar gerakan, melainkan juga medium yang sarat makna, simbol, serta nilai-nilai luhur yang diwariskan antargenerasi.
“Tari tradisional mencerminkan sejarah, mitologi, bahkan emosi yang khas dari budaya kita. Setiap gerakannya memiliki pesan mendalam yang dapat diceritakan kepada dunia, termasuk melalui irama musik dan kostum yang menyertainya,” jelasnya.
Dalam kegiatan tersebut, tim pelaksana yang dipimpin Bambang Sugito didukung oleh para akademisi dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), yaitu Dr. Setyo Yanuartuti, M.Si., Dr. Arif Hidajad, S.Sn., M.Pd., serta Dra. Jajuk Dwi Sasanadjati, M.Hum. Mereka juga melibatkan mahasiswa program studi Pendidikan Sendratasik Unesa untuk memperkuat implementasi di lapangan.
Program ini menyoroti beberapa fungsi utama gerak tari tradisional, antara lain Ekspresi Identitas Budaya yakni gerakan tari menjadi media pelestarian budaya, mempertegas identitas bangsa di tengah budaya asing.
Penguatan Fisik dan Emosi yakni latihan tari meningkatkan kondisi fisik, pengendalian emosi, dan penghayatan gerakan.
Penyampaian Pesan dimana tari menjadi alat narasi untuk menyampaikan cerita mitologi, sejarah, hingga kepercayaan masyarakat.
Kemudian peningkatan kepercayaan diri yakni menguasai gerakan tari tradisional mampu meningkatkan rasa percaya diri penari di hadapan audiens.
Bambang berharap program ini dapat menjadi jembatan untuk memperkuat diplomasi budaya antara Indonesia dan Malaysia, sekaligus menanamkan kesadaran pada generasi muda akan pentingnya menjaga warisan budaya bangsa.
“Melalui seni tradisi, kita tidak hanya berbicara soal estetika, tetapi juga memperkenalkan jati diri bangsa kepada dunia,” tutupnya. (*)
What's Your Reaction?


