Puluhan Hektare Lahan Pertanian Masih Terendam Banjir
Jombang, (afederasi.com) – Bencana banjir yang menerjang Kecamatan Ploso tidak hanya merendam permukiman warga, tetapi juga meluas menggenangi lahan pertanian. Data sementara dari penyuluh pertanian setempat menyebutkan sekitar 90 hektare areal sawah yang sudah ditanami padi terendam air dan terancam gagal panen.
Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Ploso, Syaifuddin, mengonfirmasi bahwa genangan air menyebar di empat desa. "Hasil pendataan awal ada sekitar 90 hektare terendam, tersebar di empat desa," kata Syaifuddin pada Jumat (21/11/2025).
Rincian Luasan Sawah Terendam
Berikut adalah sebaran luas sawah yang terdampak banjir di Kecamatan Ploso:
• Desa Jatigedong: Sekitar 35 hektare
• Desa Ploso: Sekitar 20 hektare
• Desa Rejoagung: Sekitar 30 hektare
• Desa Tanggungkramat: Sekitar 5 hektare
Syaifuddin menjelaskan, luasan banjir di wilayahnya terus bertambah akibat aliran kiriman dari dua kecamatan tetangga.
”Banjir sampai hari ini (kemarin) bertambah karena aliran dari sebagian Plandaan dan Kabuh itu masuk di sebagian Desa Tanggungkramat, lalu nandon (menggenang) di Rejoagung, bertahap masuk ke wilayah Desa Ploso dan akhirnya di Desa Jatigedong serta Gedongombo sampai sekarang masih tergenang,” imbuhnya.
Meski Desa Gedongombo juga tergenang, lahan di desa tersebut belum ditanami padi karena baru saja melewati masa tanam tembakau.
Ancaman serius kini menghantui para petani. Usia padi yang terendam bervariasi, membuatnya sangat rentan rusak. Di Desa Rejoagung, tanaman padi yang terendam masih berusia sangat muda, sekitar 15 hari. Sementara di Desa Ploso dan Jatigedong, padi rata-rata sudah mendekati umur satu bulan.
Kerusakan pada tanaman yang masih muda bisa berakibat lebih fatal. Syaifuddin hanya bisa berharap genangan tidak berlangsung lama. ”Semoga tidak lama sehingga tidak sampai gagal,” pungkasnya..
Salah satu petani Sugeng. Ia mengaku bingung lantaran kepikiran biaya untuk tanam ulang.Pasalnya, ia pesimistis tanaman padinya bisa diselamatkan. ”Sudah berhari-hari terendam banjir, jelas tanamannya mati. Tidak bisa diselamatkan,” kata Sugeng.
Menurutnya, banjir disebabkan intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan aliran Sungai Marmoyo meluap. Ia berharap, pemerintah daerah lebih serius menangani persoalan banjir yang tiap tahun menggenangi sawahnya. Padahal, ia menggantungkan nafkah keluarga dari sawah. ”Harapannya pemerintah lebih tanggap menangani banjir. Lebih peduli kepada nasib petani,” tandasnya.
Jika banjir tidak segera surut, ribuan petani di Kecamatan Ploso terancam mengalami gagal panen yang akan menimbulkan kerugian materiil yang besar. Pantauan terus dilakukan untuk menilai tingkat kerusakan tanaman.(san)
What's Your Reaction?


