Perpindahan Kader Partai Golkar Jelang Pemilu 2024: Fenomena Seperti Bursa Transfer Pemain Sepak Bola

Jelang Pemilu 2024, perpindahan kader partai menjadi sorotan, mirip dengan bursa transfer pemain sepak bola.

16 Nov 2023 - 13:00
Perpindahan Kader Partai Golkar Jelang Pemilu 2024: Fenomena Seperti Bursa Transfer Pemain Sepak Bola
Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto. [Suara.com/Bagaskara]

Jakarta, (afederasi.com) - Jelang Pemilu 2024, polemik politik tidak hanya berkutat pada calon presiden dan wakil presiden.

Fenomena perpindahan kader partai ke berbagai aliansi politik seperti bursa transfer pemain sepak bola turut menjadi sorotan.

Para kader memiliki beragam alasan, mulai dari ketidakpuasan terhadap posisi di partai asal hingga kegagalan melaju ke parlemen melalui jalur partai sebelumnya.

Partai Golkar, yang merupakan salah satu kekuatan politik di Indonesia, ternyata tidak luput dari fenomena ini. Sejumlah kader Partai Golkar memilih beralih ke partai lain, menimbulkan perbandingan dengan bursa transfer pemain sepak bola.

Seiring dengan hal ini, muncul perbandingan menarik antara Partai Golkar dan klub bola ternama, Real Madrid.

Sepertinya fenomena pindah parpol menjelang Pemilu adalah hal yang wajar. Namun, siapa sangka kalau Golkar menjadi salah satu partai yang cukup banyak keluar kadernya atau bisa dikatakan kadernya hijrah ke mana-mana.

Salah satu contoh perpindahan kader yang mencuat adalah Dedi Mulyadi, anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Golkar. Dedi Mulyadi dilaporkan telah menghengkang dari Partai Golkar dan beralih ke Partai Gerindra. Pada Pemilu 2024, ia bahkan kabarnya akan mencalonkan diri sebagai calon legislatif.

Bukan hanya Dedi Mulyadi, namun beberapa nama lain seperti Syahrul Yasin Limpo dan Priyo Budi Santoso juga tercatat sebagai mantan kader Golkar yang berlabuh ke partai lain.

Kepala Badan Pemenang Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Andi Arief, bahkan mengklaim bahwa ada 14 kader Golkar yang baru bergabung dengan Partai Demokrat.

Sejak era reformasi, sejumlah alumni kader Golkar telah mendirikan partai baru. Tokoh-tokoh seperti Prabowo Subianto (Partai Gerindra), Surya Paloh (Partai NasDem), Wiranto (Partai Hanura), dan Tommy Soeharto (Partai Berkarya) adalah contoh nyata perpindahan mantan kader Golkar ke ranah politik baru.

Pada Pemilu 2024, Prabowo Subianto, yang dulunya merupakan kader Golkar, resmi mencalonkan diri. Menariknya, Partai Golkar menjadi salah satu partai koalisi yang mendukung mantan kadernya tersebut, menciptakan dinamika politik yang menarik.

Partai Golkar mendapat sorotan atas perpindahan kader dan kegagalan dalam melakukan kaderisasi.

Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, secara tegas menyebut bahwa ini adalah kegagalan dalam proses kaderisasi Golkar. Dia menyebutkan bahwa pada Pemilu 2009, Golkar gagal mengusung kadernya sebagai capres, dan pada Pemilu 2014 malah berkoalisi mendukung Prabowo.

"Ini adalah kegagalan kaderisasi Golkar. Padahal selama ini kita tahu Golkar adalah partai kader," ujar Najmuddin, seperti yang dilansir dari Suara.com media partner afederasi.com.

"Dulu betapa kayanya Golkar dengan kader hebat. Sekarang mereka tak dapat usung capres maupun cawapres," tambahnya, menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh Partai Golkar dalam mengelola dinamika politik di Indonesia.(mg-3/jae)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow