Pasca Banjir Limbah dari PG Mojopanggung, Sumur Warga Sidorejo Tercemar
Tulungagung, (afederasi.com) – Pasca banjir bercampur limbah di Desa Sidorejo Kecamatan Kauman, sebagian warga masih merasakan dampaknya. Dimana sumur yang berada di rumah warga hingga Selasa (1/11/2022) masih menimbulkan warna dan bau yang tidak sedap.
Atas hal itu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jatim, berencana pada Rabu (2/11/2022) besok akan ambil sampel air di sumur warga.
Parahnya, air sumur yang belum jelas keamanan dalam kesehatannya tersebut juga masih digunakan oleh warga, namun hanya digunakan untuk mandi. Sedangkan untuk kebutuhan memasak, makan dan minum, warga lebih memilih untuk membeli atau meminta air kepada tetangga yang memiliki saluran air dari PDAM.
Salah satu warga Dusun Krajan Desa Sidorejo, Devy Eka Rahmawati menjelaskan sumur yang tercemar akibat banjir bercampur limbah ini semua dari sisi selatan sungai. Kemungkinan ada 8 kartu keluarga (KK) yang memiliki sumur dan masih digunakan, termasuk pihaknya. Parahnya, air dari sumur berbau dan ketika didiamkan beberapa jam timbul kerak kekuningan.
"Warga selalu butuh air, dan masih menggunakan air yang sebelumnya bercampur limbah tersebut namun tidak untuk dikonsumsi," jelas Devy, Selasa (1/11/2022).
Devy melanjutkan, semenjak banjir bercampur limbah, pihaknya dan anaknya sudah tidak memakai air sumur. Dirinya lebih memilih untuk membeli air galon mineral, dan terkadang juga meminta air bersih ke tetangga, diluar itu untuk mandi pihaknya masih menggunakan air bekas limbah yang berada di sumur rumahnya.
"Paska menggunakan air itu badan terasa gatal," ungkapnya.
Tak hanya itu, air sumur itu juga pernah didokumentasikan oleh petugas Kesehatan dari Puskesmas Kauman, petugas puskesmas juga menyatakan jika air itu masih bercampur limbah dengan kondisi warna kekuningan dan berbau tak sedap.
Sebenarnya warna air sumurnya dulunya bersih akan tetapi sudah dua tahun terakhir ini air di sumurnya secara perlahan berubah warna, serta rasa, dan kondisi terparah saat banjir bercampur limbah dari PG Mojopanggung kemarin.
“Warga yang terdampak lainnya juga masih bermufakat agar menemui titik terang," ungkapnya.
Sementara itu warga lainnya, Anik Susanti, (34) menjelaskan, rumah miliknya dekat dengan sungai yang dialiri limbah dari PG Mojopanggung, lantaran dekatnya lokasi pembuangan limbah dengan rumahnya mengakibatkan air sumurnya berwarna coklat.
"Anik dan anaknya terpaksa mandi menggunakan air sumur dengan kondisi seperti itu," sambungnya.
Dengan air seperti itu, tentu membuat Anik merasa gatal dan syukurlah ada pengobatan dari Puskesmas Kauman.
"Meski sudah dapat pengobatan, rasa takut akan gatal masih menghantui," ungkapnya.
Sedangkan untuk memasak dan minum pihaknya juga mengandalkan dari air galon, dengan pembelian 4 hari sekali dengan nominal Rp 18 ribu, air galon itu dikonsumsi oleh anaknya.
"Kami melakukan ini semenjak adanya banjir bercampur limbah di PG Mojopanggung," jelasnya.
Selain itu ketika malam hari tangannya merasakan gatal, serta batuk dan suara sedikit hilang.
" Air yang keluar itu meminbulkan uap, lantaran air yang keluar dalam kondisi hangat," tegasnya.
Atas keluhan tersebut pihaknya berharap pihak PG Mojopanggung bisa menepati janji untuk mengganti air sumur para warga yang terdampak dengan air yang bersih, dengan acara apapun itu.
"Harapannya secepatnya akan ada solusi terbuka atas masalah ini," katanya. (riz/dn)
What's Your Reaction?