Meski Rendemen Turun, PG Mojopanggoong Hasilkan 148 Ribu Kuintal Gula di Tengah Kemarau Basah

Pabrik Gula (PG) Mojopanggoong Tulungagung telah memproduksi gula hingga 148 ribu kuintal. Hujan yang masih turun di tengah musim kemarau membuat kadar rendemen hanya berkisar 7 persen, lebih rendah dibanding capaian tahun lalu yang mencapai 8,5 persen pada periode yang sama.

14 Aug 2025 - 16:45
Meski Rendemen Turun, PG Mojopanggoong Hasilkan 148 Ribu Kuintal Gula di Tengah Kemarau Basah
Sejumlah truk tebu yang antri untuk masuk ke mesin penggilingan PG Mojopanggoong Tulungagung (deny/afederasi.com)

Tulungagung, (afederasi.com) -  Sejak resmi membuka musim giling pada 21 Mei 2025, Pabrik Gula (PG) Mojopanggoong Tulungagung telah memproduksi gula hingga 148 ribu kuintal. Capaian ini diraih meski proses giling tahun ini diwarnai tantangan cuaca kemarau basah yang memengaruhi kualitas tebu.

General Manager PG Mojopanggoong, Sugianto, mengungkapkan hujan yang masih turun di tengah musim kemarau membuat kadar rendemen hanya berkisar 7 persen, lebih rendah dibanding capaian tahun lalu yang mencapai 8,5 persen pada periode yang sama.

“Pertengahan Agustus hujan masih turun, sehingga hasil gula tidak setinggi tahun sebelumnya,” jelasnya, Kamis (14/8/2025).

Dengan rendemen tersebut, setiap 100 kilogram tebu hanya menghasilkan sekitar 7 kilogram gula, turun dibanding tahun lalu yang bisa mencapai 8,5 kilogram. Meski demikian, angka ini sudah membaik dibanding awal giling pada Mei lalu yang hanya 6 persen. Tingginya kadar air pada tebu membuat proses pengolahan membutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk menguapkan air sebelum menjadi kristal gula.

Namun, di balik penurunan rendemen, ada kabar positif. Produksi tebu yang masuk ke pabrik justru naik 15–20 persen dibanding tahun sebelumnya, meski luas lahan tanam sama. “Volume tebu yang masuk lebih besar, otomatis jumlah yang digiling juga meningkat,” ujarnya.

Sistem bagi hasil tetap diberlakukan, di mana 70 persen gula hasil giling menjadi milik petani pemasok tebu, sementara 30 persen sisanya untuk pabrik. Gula milik petani sudah diserahkan sepenuhnya kepada pemiliknya, dan sebagian besar langsung dibeli pelaku usaha.

Harga gula di pabrik saat ini berada di kisaran Rp14.500 per kilogram. Tingginya permintaan didorong oleh perkembangan UMKM dan industri kuliner di Tulungagung serta daerah sekitar. Gula milik PG Mojopanggoong sendiri dilelang melalui kantor pusat Sinergi Gula Nusantara.

Setiap hari, mesin-mesin pabrik memproses 31.000–32.000 kuintal tebu menjadi rata-rata 200 ton gula. “Kalau soal penyerapan, kami tidak memantau detail karena petani langsung menjual ke pasar. Tapi yang jelas, gula kami terserap, meski belum habis,” pungkas Sugianto.(dn)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow