Kapolri: Pelaku Bom Bunuh Diri di Astanaanyar Mantan Narapidana Terorisme
Bandung, (afederasi.com) - Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, pelaku bom bunuh diri di Mapolsek Astanaanyar, Bandung, Rabu (7/12/2022) merupakan mantan narapidana terorisme, bernama Agus Sujarno alis Agus Muslim. Dia pernah ditangkap karena terlibat peristiwa bom Cicendo tahun 2017 silam.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjelaskan kejadian itu telah menewaskan pelaku dan melukai sebelas orang lainnya, sepuluh polisi dan satu warga sipil.
Dia menambahkan satu polisi dalam keadaan cedera parah dan akhirnya mengembuskan napas terakhir. Polisi terus menyelidiki kasus bom bunuh diri tersebut, termasuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
"Dari hasil pemeriksaan sidik jari dan kita lihat dari pengenalan wajah, identik menyebutkan identitas pelaku adalah Agus Sujarno atau yang biasa dikenal dengan Agus Muslim. Yang bersangkutan pernah ditangkap karena peristiwa Bom Cicendo," kata Listyo.
Menurut Listyo, dari keterlibatannya di kejadian Bom Cicendo pada 2017, pelaku dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan Nusa Kambangan empat tahun dan bebas pada September atau Oktober tahun lalu.
Dia menyebutkan Agus terafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bandung yang merupakan bagian dari jaringan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah). Selama proses deradikalisasi dalam penjara, lanjutnya, Agus masih susah untuk diajak bicara, masih menghindar.
Di lokasi ledakan di Markas Polsek Astana Anyar, polisi menemukan belasan kertas bertulisan protes penolakan terhadap Rancangan KUHP yang kemarin disahkan.
Seperti diberitakan sebelumnya, bom bunuh diri itu terjadi sekitar pukul 08:30 WIB saat semua anggota Polsek Astana Anyar sedang melakukan apel pagi.
Serangan bom bunuh diri tersebut terjadi sepekan setelah juru bicara ISIS Abu Umar al-Muhajir mengumumkan kematian pemimpin ISIS Abu Al-Hasan al-Hasyimi al-Quraisyi.
Dalam rekaman audio sepanjang sembilan menit 44 detik itu, Abu Umar juga mengumumkan nama pemimpin ISIS yang baru, yakni Abu Al-Husain al-Husaini al-Quraisyi.
Menanggapi bom bunuh diri di Markas Polsek Astana Anyar, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar menyesalkan kejadian itu.
"Inilah bentuk virus radikal terorisme yang terjadi, menghalalkan segala cara, menggunakan kekerasan ekstrem. Siapa mereka? Kita perlu waktu untuk pertama melakukan identifikasi dulu. Prosedurnya jika tidak ada saksi-saksi dari kawannya, kita harus mendalami identitas orang yang menjadi pelaku bom bunuh diri. Ini sedang berjalan," ujar Boy Rafli.
Boy Rafli menegaskan aparat keamanan akan meningkatkan kewaspadaan agar serangan serupa tidak berulang. Dia juga meminta semua pihak, termasuk masyarakat, untuk tidak memberi ruang bagi berkembangnya ideologi kekerasan.
Dia menolak jika kejadian bom bunuh diri di Markas Polsek Astana Anyar tersebut merupakan kecolongan bagi pihak keamanan dan intelijen. Dia beralasan pelaku kejahatan akan selalu mencari kesempatan.
Pengamat terorisme sekaligus mantan narapidana kasus terorisme Nasir Abbas menjelaskan kalau dilihat dari modus operandinya dan tanda yang ada di sepeda motor, dia memiliki pendapat yang sama dengan polisi bahwa pelaku berasal dari kelompok JAD.
Apalagi, lanjutnya, di sepeda motor tersebut ada stiker dengan lambang biasa digunakan oleh ISIS. Dia menambahkan anggota JAD memang selalu membawa kartu tanda penduduk (KTP) dengan tujuan kelompok tersebut masih ada di Indonesia.
Nasir mengatakan anggota JAD memang menargetkan polisi sebagai sasarannya.
"Selalu beberapa target, sasarannya, pasti anggota polisi. Kenapa polisi? Karena polisi dianggap sebagai penghalang gerakan mereka. Polisi dianggap yang menangkap anggota mereka. Polisi dianggap yang membahayakan mereka, musuh bagi mereka," ujar Nasir.
Dia mengakui sulit memperkirakan seberapa kuat jaringan JAD di Indonesia karena penyebaran ideologi terus berlangsung. (ans)
What's Your Reaction?