Gibran Rakabuming Raka Dalam Dilema Politik: Antara Cawapres Prabowo dan Kehormatan Terhadap PDIP

Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, disebut tengah mengalami dilema terkait keputusan politiknya.

11 Oct 2023 - 10:57
Gibran Rakabuming Raka Dalam Dilema Politik: Antara Cawapres Prabowo dan Kehormatan Terhadap PDIP
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri bersama Gibran Rakabuming Raka. (Antara/ dok. Gibran)

Jakarta, (afederasi.com) - Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, disebut tengah mengalami dilema terkait keputusan politiknya. Kabar beredar menyebutkan bahwa Gibran menerima pinangan untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Prabowo Subianto, namun keberaniannya untuk berpamitan dengan PDIP, partai yang telah membesarkan namanya, masih menjadi pertanyaan besar.

Menurut pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, Gibran akan menghadapi beban tersendiri jika PDIP juga berencana untuk meminangnya sebagai cawapres untuk Ganjar Pranowo. Keputusan Mahkamah Konstitusi terkait batas usia calon presiden dan cawapres menjadi faktor penentu apakah Gibran akan memiliki peluang untuk maju dalam kontestasi politik tersebut.

Jamiluddin Ritonga mempertimbangkan bahwa jika Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan yang memungkinkan calon presiden atau cawapres berusia di bawah 40 tahun, maka peluang Gibran untuk menerima pinangan Prabowo akan lebih besar. Namun, hal ini juga mengakibatkan kebingungan apabila PDIP juga berkeinginan untuk mengusungnya sebagai cawapres.

"Peluang itu akan terjadi bila PDIP tidak mengusung Gibran menjadi cawapres. Kalau ini terjadi, Gibran akan tidak punya beban meninggalkan PDIP. Sebab, ada alasan yang kuat bagi Gibran untuk meninggalkan PDIP," ungkap Jamiluddin seperti yang dilansir dari Suara.com media partner afederasi.com.

Namun, akan menjadi dilema bagi Gibran jika ia harus memilih bersama Prabowo, sementara PDIP juga ingin mengusungnya sebagai cawapres. "Gibran tentunya akan mengalami masalah untuk pamit dari PDIP. Sebab, tidak ada alasan yang kuat bagi Gibran untuk meninggalkan PDIP," tambah Jamiluddin.

Dalam konteks moral, Jamiluddin memandang bahwa Gibran mungkin merasa sulit untuk berpamitan dengan Megawati Soekarnoputri atau Puan Maharani. Hal ini karena keputusan tersebut dapat diinterpretasikan oleh masyarakat sebagai kurangnya sikap berterima kasih dan penghargaan dari Gibran terhadap PDIP, partai yang telah membimbingnya.

Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Jamiluddin berpendapat bahwa Gibran berpotensi mendapatkan stigma negatif yang cukup besar di mata masyarakat. Ia mungkin akan dianggap sebagai sosok yang tidak memahami arti berterima kasih dan meninggalkan "kacang" tanpa memperhatikan "kulitnya".

Menurut pengamat politik, Ujang Komarudin, ada dua kemungkinan yang akan diambil oleh Gibran. Pertama, Gibran bisa memilih untuk mengajukan pengunduran diri sebagai kader PDIP dengan santun dan baik-baik. Alternatif lainnya adalah Gibran menunggu dipecat sebagai cara mengatasi dilema politik yang dihadapinya.

"Skemanya bisa mundur, ketemu Mega, ketemu Puan mengajukan surat pengunduran diri. Bisa juga ya dibiarin saja lalu di tengah jalan dipecat," jelas Ujang. Namun, menurutnya, Gibran cenderung memilih opsi dipecat di tengah jalan, dengan alasan bahwa dirinya diminta untuk menjadi cawapres, sehingga dapat terus melangkah meninggalkan PDIP tanpa pamitan.(mg-2/jae)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow