Cetak 55 Agronom Muda, Petrokimia Percepat Regenerasi Petani Indonesia
Gresik, (afederasi.com) – Di tengah ancaman krisis regenerasi petani nasional, Petrokimia Gresik tampil mengambil peran strategis. Melalui Program Taruna Makmur Batch 8, perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia ini mencetak 55 agronom muda yang siap terjun langsung ke lapangan untuk mendampingi petani dan memperkuat masa depan pertanian Indonesia.
Direktur Manajemen Risiko Petrokimia Gresik, Johanes Barus, menyampaikan bahwa puluhan agronom muda tersebut merupakan mahasiswa aktif dari berbagai institusi pendidikan pertanian di Indonesia. Mereka telah mendapatkan pembekalan intensif melalui Sekolah Makmur dan kini diterjunkan sebagai tenaga agronom pendamping petani.
“Selama di lapangan, para Taruna Makmur diharapkan berperan sebagai pendamping sekaligus agen perubahan. Mereka membantu petani menerapkan budidaya yang baik, memanfaatkan teknologi pertanian, serta meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha tani,” ujar Johanes dalam kegiatan Wirakarya Taruna Makmur di Gresik, Jawa Timur.
Menurut Johanes, Program Taruna Makmur sejalan dengan agenda pemerintah dalam mencetak sumber daya manusia pertanian yang kompeten sekaligus mendukung percepatan swasembada pangan nasional.
Sebanyak 55 Taruna Makmur Batch 8 tersebut berasal dari Politeknik Pengembangan Pertanian (Polbangtan) Malang sebanyak 27 mahasiswa, Politeknik LPP Yogyakarta 13 mahasiswa, Polbangtan Bogor 12 mahasiswa, serta Polbangtan Medan 3 mahasiswa.
“Melalui program ini, mahasiswa aktif diberi kesempatan terlibat langsung dalam pendampingan petani di lapangan. Mereka tidak hanya mengasah kompetensi teknis, tetapi juga kemampuan manajerial dan sosial sebagai calon agronom muda masa depan,” tandas Johanes.
Lebih lanjut, Johanes menekankan bahwa regenerasi petani menjadi tantangan besar sektor pertanian nasional yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan lebih dari 70 persen petani Indonesia berusia di atas 40 tahun, sementara proporsi petani muda usia 19–39 tahun masih di kisaran 20 persen.
Kondisi tersebut, lanjutnya, perlu mendapat perhatian serius karena berpotensi memengaruhi keberlanjutan produksi dan ketahanan pangan nasional ke depan.
“Kolaborasi antara pemerintah, dunia pendidikan, dan sektor industri menjadi kunci dalam membangun ekosistem pertanian yang modern, produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan,” jelas Johanes.
Program Sekolah Makmur sendiri telah diinisiasi Petrokimia Gresik sejak tahun 2022 dan kini memasuki Batch 8. Sejak pertama kali diluncurkan, program ini telah mencetak 373 Taruna Makmur sebagai SDM pertanian berkualitas.
Dalam pelaksanaannya, Petrokimia Gresik merekrut mahasiswa aktif Polbangtan untuk magang sebagai tenaga agronom lapangan selama enam bulan, sekaligus memperkuat peran kawalan budidaya pertanian demi meningkatkan produktivitas dan mendorong regenerasi petani muda.
Antusiasme mahasiswa terhadap program ini pun terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Program ini membuktikan bahwa sinergi antara pendidikan vokasi dan industri mampu melahirkan talenta muda pertanian yang berkualitas. Taruna Makmur bukan hanya ruang belajar, tetapi juga ruang pengabdian dan kontribusi nyata bagi masa depan pertanian Indonesia,” tutup Johanes.(frd)
What's Your Reaction?


