Muzani menjelaskan bahwa kesenangan orang terhadap Prabowo meningkat, terutama di kalangan milenial, sehingga istilah "gemoy" muncul sebagai kemasan kreatif untuk Prabowo. "Tapi kreativitas yang menjadi gemes kepada Prabowo akhirnya menimbulkan efek positif di kalangan milenial dan Gen Z," ujar Muzani saat menghadiri konsolidasi kader Gerindra Kota Bogor seperti yang dilansir dari Suara.com media partner afederasi.com pada Selasa (29/11/2023).
Dalam menghadapi kritik terkait istilah tersebut, Muzani menyatakan bahwa pihaknya tenang dan santai. Ia menegaskan bahwa gemoy dan santuy bukan hal yang melanggar prinsip demokrasi, karena pada akhirnya, rakyat akan menentukan pilihannya di kotak suara.
Muzani juga mengkritik pihak-pihak yang menyerang Prabowo-Gibran terkait istilah gemoy. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan pihak terkait dalam mengisi ruang kreativitas dan inovasi dalam berpolitik. "Jangan serang kami ketika kreativitas dan inovasi yang kita lakukan dengan santuy, dengan gemoy dianggap menghilangkan substansi demokrasi," tegas Muzani seperti yang dilansir dari Suara.com media partner afederasi.com.
Sebelumnya, Wakil Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sohibul Iman, menyindir pasangan calon yang mengutamakan gimik dan istilah gemoy. Sohibul Iman menganggap persaingan politik saat ini lebih banyak menonjolkan gimik daripada adu gagasan, menyatakan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak sehat. (mg-1/jae)