UIN SATU Tulungagung Pecahkan Rekor MURI, Ribuan Tong Sampah Bambu Jadi Simbol Kampus Hijau
Tulungagung, (afederasi.com) - UIN SATU Tulungagung kembali menorehkan tinta emas dalam sejarah pendidikan tinggi Indonesia. Kali ini, kampus yang dikenal dengan visi hijau berkelanjutan itu resmi mencatatkan prestasi di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) lewat pembuatan 3.648 tong sampah bambu oleh mahasiswa baru dalam rangkaian PBAK 2025. Catatan ini bukan hanya sekadar angka, melainkan simbol komitmen UIN SATU Tulungagung terhadap pelestarian lingkungan.
Dalam prosesi yang digelar Selasa, 26 Agustus 2025, ribuan mahasiswa baru UIN SATU Tulungagung bergotong-royong menghasilkan karya monumental dari bahan bambu. Rektor Prof. Abd. Aziz menyebut, inisiatif ini sejalan dengan program ReliGreen, sebuah gerakan kampus hijau yang lahir dari integrasi dengan program Kementerian Agama, yakni Ekoteologi. Bagi UIN SATU Tulungagung, prestasi ini meneguhkan tradisi inovasi dan keberanian menorehkan rekor nasional.
Jejak UIN SATU Tulungagung dalam sejarah MURI sejatinya bukan hal baru. Pada 2022, kampus ini mencetak rekor buku tertebal berisi karangan mahasiswa baru dengan ketebalan 134 cm. Setahun berselang, UIN SATU Tulungagung kembali hadir lewat kaligrafi Asmaul Husna terpanjang sepanjang 1.500 meter. Dengan torehan tong sampah bambu kali ini, kampus tersebut kian memantapkan reputasinya sebagai perguruan tinggi yang progresif.
Rektor UIN SATU Tulungagung menekankan bahwa pencapaian ini bukan semata mengejar sertifikat MURI. Menurutnya, tong sampah bambu adalah simbol pemanfaatan kekayaan alam Nusantara sekaligus ajakan untuk menjaga lingkungan. "Indonesia punya sumber daya luar biasa. Bambu bukan hanya bernilai estetik, tetapi juga bisa jadi sarana mendidik masyarakat tentang pentingnya ekologi," ujar Rektor dalam pidato di hadapan ribuan mahasiswa baru UIN SATU Tulungagung.
Selain mengukir rekor, UIN SATU Tulungagung memperkenalkan langkah strategis lain dalam program ReliGreen. Rektor memaparkan rencana pendirian museum pohon langka di lingkungan kampus, yang tidak hanya ditanam sebagai konservasi, tetapi juga akan dijadikan pusat penelitian dan wisata edukasi. Dengan gagasan itu, UIN SATU Tulungagung berupaya membentuk generasi yang sadar ekologi dan berkontribusi bagi nusa dan bangsa.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor UIN SATU Tulungagung juga mengingatkan pentingnya menjaga tiga pilar hubungan: dengan Tuhan, dengan sesama, dan dengan alam. Baginya, keseimbangan spiritual, sosial, dan ekologis akan menjadi fondasi keberlanjutan. Pesan itu memperkuat posisi UIN SATU Tulungagung sebagai kampus yang mengusung nilai Islam rahmatan lil’alamin dalam praksis nyata.
Apresiasi juga datang dari pihak MURI yang hadir langsung di lokasi. Sri Widayati, perwakilan lembaga rekor tersebut, menyebut kontribusi mahasiswa baru UIN SATU Tulungagung sangat inspiratif. Menurutnya, pencapaian ini bukan hanya rekor kuantitatif, tetapi juga sarat dengan nilai edukasi, gotong royong, serta solusi pengurangan sampah plastik. MURI pun resmi mengesahkan rekor tersebut atas nama UIN SATU Tulungagung.
Dengan pengakuan ini, UIN SATU Tulungagung menambah daftar panjang prestasi nasional yang membanggakan. Lebih dari itu, kampus ini kembali membuktikan bahwa pendidikan tinggi bisa menjadi motor penggerak perubahan sosial dan ekologis. Tong sampah bambu yang lahir dari tangan mahasiswa baru bukan sekadar karya, tetapi juga pesan moral dari UIN SATU Tulungagung: menjaga bumi adalah bagian dari ibadah dan tanggung jawab bersama. (jae)
What's Your Reaction?


