Teaterikal "Utiku Sayang" Pukau Penonton
Jombang, (afederasi.com) – Komunitas Tombo Ati sukses memukau penonton dengan pementasan teatrikal "Utiku Sayang" yang memadukan kisah satire, konflik keluarga, dan kritik sosial yang diramu dalam nuansa lokal Jombangan yang kental yang di gelar di gedung Kesenian Jombang, Sabtu (22/11/2025).
Pertunjukan dibuka dengan ledakan energi sound horeg—fenomena musik keras dengan jogetan khas yang sedang tren di Jawa Timur. Pembukaan yang unik ini langsung menyedot perhatian dan menjadi jembatan menuju lakon utama, yang diadaptasi dari karya legendaris Arifin C. Noer, "Nenekku Tercinta".
"Utiku Sayang" mengangkat potret pilu seorang nenek renta yang justru menjadi sumber konflik bagi anak dan menantunya yang ingin menguasai hartanya. Alur cerita memuncak ketika sang anak, Lastri, dan suaminya nekat menyewa dukun untuk mencelakakan ibunya sendiri.
"Bukan ibunya yang mati, tapi malah anaknya, Dudung, yang jatuh dari sound horeg. Itulah klimaks sekaligus penegasan pesan moral tentang karma," jelas Sutradara Alfi Rizqoh usai pementasan.
Alfi menegaskan, lakon ini adalah pengingat kuat bahwa perilaku buruk terhadap orang tua tidak akan pernah membawa kebaikan. Salah satu kekuatan pementasan ini adalah penggunaan bahasa Jawa dialek Jombangan yang autentik, lengkap dengan parikan dan ungkapan lokal. Hal ini sengaja dilakukan untuk mengakar pada spirit teater tradisi Jombang seperti Besutan dan Ludruk.
"Kita menangkap fenomena yang lagi in di Jawa Timur. Kita sisipkan sebagai kritik, karena kadang orang pasang sound keras tanpa mikir ketenangan lingkungan," ujar Alfi, mengungkapkan bahwa sound horeg dalam cerita adalah metafora dari kekacauan batin sang nenek.
Simbol sentral dalam lakon ini adalah sebuah kunci yang selalu digenggam erat sang nenek. "Kunci itu perlambang. Nenek memegang erat harta-hartanya, itulah sumber kecurigaannya," terang Alfi. Makna kunci kemudian berubah di akhir cerita, ketika sang nenek mengajak cucunya sholat, menegaskan bahwa kunci hidup sejati adalah ketenangan batin.
Pementasan ini dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Jombang, Salmanudin Yazid, atau yang akrab disapa Gus Wabup. Dalam sambutannya, ia memberikan apresiasi setinggi-tingginya.
"Atas nama Pemerintah Kabupaten Jombang, saya mengapresiasi pementasan 'Utiku Sayang' ini. Komunitas Tombo Ati konsisten merawat ruang kreatif bagi pecinta seni," ujar Gus Wabup.
Ia berharap komunitas ini terus menjadi wadah regenerasi talenta teater di Jombang dan menyatakan dukungan pemerintah bagi perkembangan seni teater yang tetap relevan di era modern.
Pementasan "Utiku Sayang" yang merupakan produksi ke-45 Komunitas Tombo Ati ini ditutup dengan tepuk tangan panjang dari penonton. Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, tetapi bukti nyata bahwa teater di Jombang tetap hidup, tumbuh, dan berakar kuat pada budaya lokal.(san)
What's Your Reaction?


