Gemerlap Kampung Hias Biyodo: Ratusan Juta untuk Meriahkan HUT RI Ke-80 dengan Semangat Toleransi
Gresik, (afederasi.com) – Semarak merah putih membalut setiap sudut Dusun Biyodo, Desa Beton, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik. Menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-80, warga setempat rela merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah demi menghadirkan kampung hias yang memanjakan mata sekaligus memupuk kebersamaan.
Sejak awal Agustus, jalan-jalan kampung berubah menjadi lorong cahaya. Ornamen lampu warna-warni menghiasi taman, gapura, dan deretan miniatur ikonik, mulai dari Tugu Pahlawan, Jembatan Surabaya, hingga patung Bung Karno dan Bung Hatta. Ada pula Garuda Jaya megah dari rotan, simbol kebanggaan RT 14 yang dikenal sebagai wilayah dengan keragaman tiga agama: Islam, Hindu, dan Kristen.
“Ini kesepakatan warga RT 14. Burung Garuda Jaya menjadi simbol kerukunan. Meski berbeda keyakinan, toleransi di sini tetap terjaga,” ujar Suparlan, warga setempat.
Antusiasme warga terlihat dari proses persiapan yang sudah dimulai sejak Juli. Kepala Dusun Biyodo, Kohar Abdullah, mengatakan semua biaya berasal dari swadaya masyarakat. “Setiap minggu, warga menabung Rp40 ribu sampai Rp50 ribu. Setiap kepala keluarga rata-rata mengeluarkan Rp400 ribu hingga Rp500 ribu,” jelasnya.
Hiasan dibuat per RT dengan konsep masing-masing. Anggarannya bervariasi, antara Rp10 juta hingga Rp25 juta per RT. Secara keseluruhan, dana yang dihabiskan untuk menghias dusun mencapai hampir Rp200 juta.
Kerja keras itu berbuah manis. Kampung hias Biyodo kini menjadi magnet wisata dadakan. Setiap malam, ribuan orang datang, bukan hanya dari Gresik, tapi juga dari Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan. Mereka berjalan-jalan, berfoto, dan menikmati suasana malam yang eksotis.
Berkat viral di media sosial, kawasan ini juga memberi dampak positif bagi perekonomian lokal. UMKM warga kebanjiran pembeli, sementara pengunjung dengan sukarela membayar parkir Rp5.000 untuk motor dan Rp10.000 untuk mobil. Warga luar yang ingin berjualan tidak diizinkan, demi memberi ruang penuh bagi pedagang lokal.
Menariknya, kreativitas warga Biyodo ini bukan hal baru. Tradisi kampung hias telah berlangsung tujuh tahun berturut-turut, dan setiap perayaan kemerdekaan selalu hadir dengan ide-ide segar. “Kuncinya ada di keguyuban dan kerukunan,” tutur Kohar.
Tak hanya Biyodo, dua dusun lain di Desa Beton Dusun Bibis dan Dusun Beton juga berlomba-lomba menghadirkan hiasan terbaik, dengan total swadaya mencapai ratusan juta rupiah per dusun. Namun, Biyodo tetap menjadi sorotan, bukan hanya karena gemerlap lampu dan ornamennya, tapi juga karena semangat toleransi yang menjadi napas kampung ini.(frd)
What's Your Reaction?


