Darpana dan Bayangan Kekuasaan: Cermin Kritis dari Komunitas Tombo Ati

Komunitas Tombo Ati, Jombang

03 Aug 2025 - 17:07
Darpana dan Bayangan Kekuasaan: Cermin Kritis dari Komunitas Tombo Ati
Pementasan spektakuler bertajuk Darpana, yang digelar selama tiga malam berturut-turut di Gedung Kesenian Jombang (GKJ) pada Jumat hingga Minggu, 1-3 Agustus 2025. (Foto:istimewa)

Jombang, (afederasi.com) — Tiga malam berturut-turut, Gedung Kesenian Jombang berubah menjadi panggung refleksi batin. Komunitas Tombo Ati hadir lewat pementasan Darpana, lakon yang menyelami kompleksitas kekuasaan, delusi, dan kehilangan diri. Komunitas Tombo Ati membawa penonton bukan hanya menonton, tapi juga bercermin.

Bukan pementasan biasa. Darpana yang dibawakan Komunitas Tombo Ati adalah adaptasi dari naskah legendaris Maaf, Maaf, Maaf karya N. Riantiarno, diolah ulang oleh Fandi Ahmad dengan nafas kontemporer. Komunitas Tombo Ati menampilkan lakon ini sebagai karya ke-44 mereka, dan kali ini, publik dibuat tak sekadar kagum, tapi juga tergugah.

Di bawah tata cahaya temaram, panggung Komunitas Tombo Ati disulap menjadi istana kerajaan. Kostum penuh warna, tokoh-tokoh pewayangan seperti Dasamuka hingga Rama bermunculan. Tapi Komunitas Tombo Ati tidak sekadar memanggungkan Ramayana. Lakon ini adalah perang batin Ario — seorang pensiunan yang berubah menjadi tiran di rumahnya sendiri.

Kisah Ario digarap tajam oleh Komunitas Tombo Ati. Tokoh yang dulu dihormati, kini terjebak delusi akan masa lalunya. Ia menciptakan realitas fiktif, memaksa keluarganya berperan dalam cerita agung ciptaannya. Dialog yang dilontarkan Komunitas Tombo Ati pun menggigit. “Kau pikir kau pemimpin, padahal hanya bayang-bayang dari siapa kau dulu,” menjadi sorotan tajam tentang potret kuasa yang tak rela surut.

Penonton larut. Tawa berubah menjadi hening panjang. Komunitas Tombo Ati membawa penonton pada titik paling pilu saat Ario, tak lagi bisa membedakan mana realitas dan fiksi, diikat oleh keluarganya, mengenakan pakaian rumah sakit jiwa. Saat itulah, Komunitas Tombo Ati menyodorkan pertanyaan paling mendasar: siapa sebenarnya kita di balik topeng kuasa?

Tangis pecah. Sorot lampu membeku di wajah Ario. Komunitas Tombo Ati menutup pementasan dengan emosi yang membuncah, menyisakan ruang kontemplasi di dada penonton. Imam Ghozali, sang sutradara, mewakili Komunitas Tombo Ati menyampaikan pesan: “Darpana adalah cermin. Kita semua Ario, dalam versi kita masing-masing.”

Selama hampir tiga dekade, Komunitas Tombo Ati tak henti menyalakan api teater di Jombang. Lewat Darpana, Komunitas Tombo Ati kembali menegaskan bahwa panggung bukan sekadar arena hiburan, tetapi medium pengingat yang paling jujur. Masyarakat Jombang pun menyambut hangat—tiga malam pertunjukan penuh tanpa kursi kosong.

Komunitas Tombo Ati membuktikan bahwa seni, ketika ditopang kejujuran dan keberanian, bisa menjadi alat kritik yang halus namun menggetarkan. Darpana bukan akhir, tapi babak baru Komunitas Tombo Ati untuk terus menggugat, menyentuh, dan menginspirasi. (san)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow