Dari Tumpukan Sampah Menuju Harapan : Ema Suranta, Kartini Lingkungan dari Padalarang
Bandung, (afederasi.com) - Di balik tumpukan sampah yang kerap dipandang sebelah mata, Ema Suranta melihat harapan. Di tengah minimnya kepedulian terhadap isu lingkungan, ia justru melangkah maju, menjadikan sampah sebagai jembatan perubahan bagi masyarakat dan alam sekitar.
Tak berlebihan jika perempuan asal Desa Kertamulya, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat ini disebut sebagai Kartini masa kini bukan karena gelar, tapi karena aksi nyatanya.
Inspirasi itu lahir dari kegelisahan. Ema tak kuasa melihat gunungan sampah yang kian menggunung di desanya. Bayang-bayang kelam tragedi TPA Leuwigajah yang merenggut lebih dari 150 nyawa akibat longsor sampah pada 2005 kian membekas di benaknya. Dari sanalah tekadnya tumbuh, dan bersama ibu-ibu sekitar, ia mendirikan Bank Sampah Bukit Berlian.
Namun, bagi Ema, bank sampah bukan sekadar tempat memilah dan menimbang limbah. Ia menjadikannya pusat edukasi lingkungan, ruang pemberdayaan perempuan, dan motor penggerak kesadaran kolektif untuk menjaga bumi.
Dukungan datang dari PNM (Permodalan Nasional Madani). Melalui program Mekaar, Ema mendapatkan permodalan awal yang menjadi bahan bakar perjuangannya. Ia pun mulai membudidayakan maggot larva dari Black Soldier Fly yang dikenal ampuh mengurai sampah organik. Dari situlah muncul transformasi besar: sampah dapur yang dulunya dibuang kini diolah menjadi pupuk kasgot dan maggot segar bernilai ekonomi.
Kini, Ema mampu mengolah hingga dua ton sampah setiap minggu. Tak hanya mengurangi beban lingkungan, produk-produk organiknya juga membuka jalan bagi sumber penghasilan baru bagi warga sekitar.
“Perempuan bisa menjadi agen perubahan. Kita hanya perlu percaya dan diberi kesempatan,” ujar Ema dengan mata berbinar.
Semangat Ema mendapat apresiasi dari Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi. Ia menyebut perjuangan para nasabah perempuan seperti Ema sebagai bukti nyata bahwa pemberdayaan bukan sebatas angka ekonomi.
“Kartini hari ini bukan hanya tentang kesetaraan, tapi keberanian memikul tanggung jawab atas sesama dan alam. Ibu Ema dan ribuan nasabah lainnya menunjukkan bahwa dampak sosial bisa lahir dari sektor ultra mikro,” ungkap Arief.
Hingga kini, PNM melalui program Mekaar telah mendampingi jutaan perempuan di Indonesia agar mampu berdiri di atas kaki sendiri, mandiri secara ekonomi, percaya diri secara sosial, dan kuat dalam menghadapi tantangan hidup.
Dan Ema Suranta, dengan bank sampah dan budidaya maggotnya, menjadi contoh nyata bahwa perubahan besar bisa lahir dari keberanian satu orang yang bersedia melawan ketidakpedulian. Kartini masa kini tak lagi hanya bicara emansipasi, tapi juga aksi nyata menyelamatkan bumi.(dik)
What's Your Reaction?


