Mogok Massal Sopir Truk Tebu Lumpuhkan Produksi, Pabrik Gula Glenmore Terancam Gagal Giling
Banyuwangi, (afederasi.com) – Krisis transportasi menjerat industri gula Banyuwangi. Aksi mogok massal para sopir truk pengangkut tebu sejak Sabtu (28/6/2025) melumpuhkan seluruh aktivitas Tebang Muat Angkut (TMA) di wilayah kerja Pabrik Gula Glenmore, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur.
Ratusan armada sengaja diparkir berjajar di sekitar area pabrik, sebagai bentuk protes terhadap manajemen MKSO yang dinilai abai dalam menanggapi buruknya kinerja alat berat pengangkat tebu (Grabber) milik PT Fajar, pemenang tender pengadaan alat berat musim giling 2025.
Para sopir menolak menurunkan muatan tebu di area pabrik dan menyatakan tidak akan kembali beroperasi sebelum manajemen mencabut kerja sama dengan PT Fajar asal Jember. Mereka menuding perusahaan tersebut gagal menyediakan alat berat yang layak, sehingga menghambat seluruh rantai distribusi dari kebun ke pabrik.
“Kami sudah cukup sabar. Grabber milik PT Fajar dari awal musim terus bermasalah. Imbasnya kami yang di lapangan harus menanggung beban waktu dan biaya,” tegas Hadi, salah satu sopir yang turut serta dalam aksi, Minggu (29/6/2025).
Menurut Hadi, kerusakan unit Grabber tidak hanya memperlambat proses bongkar muat, tetapi juga membuat para sopir harus mengantre berjam-jam, bahkan berhari-hari, di tengah ancaman over kapasitas muatan dan risiko kerusakan tebu yang terlalu lama tertunda pengolahannya.
Akibat aksi ini, pasokan tebu dari MKSO Kebun Kalitelepak dan MKSO Kebun Banyuwangi Raya dua sumber utama bahan baku pabrik praktis terhenti total. Distribusi terputus, pabrik pun terancam tidak dapat mencapai target giling yang ditetapkan tahun ini.
Tak hanya itu, aksi blokade juga menutup akses keluar-masuk sejumlah lahan tebu, memperparah antrean muatan yang menumpuk dan memperbesar risiko kerugian baik bagi petani maupun perusahaan.
“Kalau manajemen tetap ngotot mempertahankan PT Fajar, kami tidak punya pilihan selain terus mogok. Ini bukan aksi main-main. Ini soal kelangsungan kerja kami semua,” tambah Hadi dengan nada kecewa.
Ironisnya, hingga berita ini diturunkan, pihak MKSO Kebun Banyuwangi Raya, MKSO Kebun Kalitelepak, maupun manajemen PT Fajar belum memberikan tanggapan resmi meski telah dihubungi oleh tim afederasi.com.
Jika konflik ini tak segera diselesaikan, para pekerja khawatir mogok akan berlangsung lebih lama dan berujung pada kegagalan panen tebu serta kerugian besar dalam produksi gula nasional.(ron/dn)
What's Your Reaction?


