Harga Telur Masih Tinggi, Dinas Peternakan Sebut Ini Penyebab dan Antisipasinya
Jombang, (afederasi.com) – Harga telur ayam di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Jombang masih bertahan pada level tinggi. Kondisi ini memantau perhatian Dinas Peternakan (Disnak) setempat untuk mencari solusi dan melakukan pembinaan intensif kepada para peternak.
Berdasarkan pantauan di lapangan, terungkap dua faktor utama yang menjadi pemicu melambungnya harga komoditas pangan ini: cuaca ekstrem dan kenaikan harga pakan, khususnya jagung.
Kepala Disnak Jombang, M. Saleh, menjelaskan bahwa fluktuasi cuaca yang tidak menentu dalam beberapa pekan terakhir berdampak signifikan terhadap produktivitas ayam petelur.
"Faktor cuaca ekstrem, kemarin panas sekarang hujan. Itu akan berpengaruh pada produksi. Itu yang bisa kita baca," terang Saleh saat ditemui Jumat (24/10/2025).
Saleh menuturkan, suhu panas yang tinggi beberapa waktu lalu menyebabkan kondisi ayam menurun, yang berimbas pada penurunan hasil panen. "Kenaikan harga telur disebabkan penurunan produksi hingga 10 persen, dikarenakan cuaca panas ekstrem," tegasnya.
Sebagai bentuk antisipasi, Disnak Jombang terus melakukan pembinaan dan pemantauan rutin kepada seluruh peternak ayam petelur di wilayahnya.
"Kami melakukan pembinaan dan pemantauan seluruh peternak ayam petelur. Masukan, keluhan, hingga kendala terus kami tangani. Terutama dalam menjaga kesehatan ternak dan pengelolaan pola kandang," tutur Saleh.
Berdasarkan laporan yang diterimanya, harga telur di tingkat peternak sempat mencapai puncaknya di angka Rp 26.700 per kilogram. "Namun saat ini sudah turun menjadi Rp 26.000 per kilogram," kata Saleh memberikan update.
Di sisi lain, para peternak juga masih menghadapi kendala biaya produksi yang tinggi akibat naiknya harga pakan. Eko Murdianto, seorang peternak ayam petelur di Desa Mojotengah, Kecamatan Bareng, mengonfirmasi hal ini.
"Iya, harga jagung sejak seminggu terakhir itu naik, Rp 7.000 per kilogram. Sebelumnya sempat Rp 6.000 per kilogram lalu naik lagi Rp 6.500 per kilogram," ujar Eko.
Mengingat komposisi pakan ayam petelur 50%-nya bergantung pada jagung, kenaikan ini langsung berdampak pada harga pokok penjualan. "Dampaknya itu ke harga pokok penjualan juga ikut naik, karena pakan itu separuhnya dari jagung," jelasnya.
Sebelumnya, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagrin) Jombang telah mengambil langkah intervensi dengan menggelar pasar murah di beberapa titik.
Kepala Bidang Sarana Perdagangan dan Barang Pokok Penting Disdagrin Jombang, Yustinus Harris Eko Prasetijo, menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan membantu masyarakat mendapatkan bahan pokok dengan harga lebih terjangkau.
"Memang ada sedikit kenaikan harga telur di pasar. Karena itu, kami adakan pasar murah termasuk menjual bahan pokok telur dengan harga lebih murah," ujarnya.
Dalam pasar murah yang digelar di lokasi seperti Desa Jenisgelaran (Bareng) dan Kecamatan Perak, telur ayam dijual seharga Rp 27.000 per kilogram. Harga ini lebih rendah dibandingkan harga pasar saat itu yang mencapai Rp 29.000 - Rp 30.000 per kilogram.
Dengan adanya langkah antisipasi dari dua dinas terkait dan upaya stabilisasi harga, diharapkan harga telur di Jombang dapat segera kembali normal, meringankan beban masyarakat dan peternak. (san)
What's Your Reaction?


