Petani Jombang Beralih ke Melon Greenhouse
Jombang, (afederasi.com) – Inovasi pertanian terus bergulir di Jombang. Kini, budidaya melon dengan sistem greenhouse mulai berkembang di Dusun Santren, Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, sebagai jawaban atas ketidakpastian harga komoditas pertanian konvensional.
Salah satu petani melon greenhouse adalah Khusnul Yakin (44), yang beralih dari petani tomat konvensional ke komoditas bernilai jual tinggi.Di lahan greenhouse miliknya seluas 500 meter persegi. Yakin menanam melon premium jenis Inthanon dengan populasi mencapai 1.250 batang. Meski pada musim tanam kali ini hasil panennya turun dari target 2 ton menjadi hanya 1,2 ton akibat cuaca ekstrem, nilai ekonominya tetap menjanjikan.
"Waktu pembesaran buah itu paling rentan. Kalau suhu terlalu panas, pertumbuhan buah jadi tidak maksimal," jelas Yakin, mengungkapkan tantangan terbesar dalam budidaya greenhouse, sabtu (11/10/2025).
Yakin membeberkan perbedaan mendasar antara melon greenhouse dan konvensional. "Kalau melon premium untuk greenhouse, benihnya justru tidak antivirus. Karena ditanam di lingkungan tertutup yang minim Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)," ujarnya.
Lingkungan yang terkendali dalam greenhouse memungkinkan petani meminimalkan risiko serangan hama dan penggunaan pestisida. Hasilnya, kualitas buah lebih terjaga dan lebih sehat untuk dikonsumsi.
Menghadapi tantangan cuaca panas, para petani melakukan berbagai antisipasi. "Kami menambahkan asam amino dan mono kalium phosphate yang disemprotkan ke tanaman untuk membantu pembentukan buah secara optimal," tambah Yakin.
Proses panen melon premium tidak main-main. Buah harus melalui seleksi ketat berdasarkan bentuk, berat, dan kadar gula. Untuk kategori Grade A, kadar gula minimal harus mencapai 14 brik.
"Kita lakukan pengecekan sebelum panen. Yang pasti dicek kadar gulanya, minimal harus 14 brik," tegas Yakin.
Pemasaran yang dilakukan pun bersifat eksklusif dengan sistem pre-order (PO) sejak awal masa tanam. Strategi ini menjamin kepastian pasar dengan harga jual yang menggiurkan, mencapai Rp 18 ribu per kilogram untuk kualitas terbaik.
Meski hasil panen belum mencapai target, Yakin optimis dengan prospek budidaya melon sistem greenhouse. "Sistem ini tetap prospektif karena mengutamakan kualitas dan menjanjikan nilai jual yang lebih tinggi," ujarnya.
Keyakinannya ini dibuktikan dengan respons positif pasar. Dhika Lailatul (24), konsumen rutin asal Jogoroto, mengaku puas dengan kualitas melon greenhouse. "Rasanya manis dan tekstur nya renyah. Meski harganya lebih mahal, kualitasnya sebanding," ujarnya.
Keberhasilan Yakin dan petani lainnya di Desa Pulorejo menjadi bukti bahwa inovasi dan orientasi kualitas dapat membawa pertanian Indonesia menuju daya saing yang lebih tinggi. (san)
What's Your Reaction?


