Harga Tomat Anjlok Drastis Dibawah Rp 1.000 Perkilogram
Jombang, (afederasi.com) – Petani tomat di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, kembali terpuruk akibat anjloknya harga jual komoditas mereka. Harga tomat di tingkat petani merosot tajam hingga di bawah Rp 1.000 per kilogram, sebuah level yang jauh dari titik impas.
Kondisi ini memaksa banyak petani, seperti Khusnul Yakin (44), untuk mengambil langkah menyedihkan dengan cara tidak memanen seluruh hasil budidayanya dan sebagian tanaman tomatnya yang dipanen untuk mengurangi biaya kerugian yang lebih besar.
Khusnul, petani asal Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, mengungkapkan keputusasaan yang dialaminya. “Seharusnya bisa panen penuh, tapi karena harga jelek, saya panen separo saja, sekitar 360 kilogram. Sisanya dibiarkan di kebun,” keluhnya kepada media, Sabtu (11/10/2025).
Menurut penuturan Khusnul, harga tomat yang jatuh pada periode September hingga November merupakan siklus tahunan. Penyebab utamanya adalah melimpahnya pasokan tomat di pasaran secara bersamaan.
“Kalau sudah musim seperti ini, harga pasti jatuh. Jadi banyak petani yang tidak merawat tanaman secara maksimal karena percuma, tidak bisa balik modal,” jelasnya.
Ia membeberkan realitas pahit yang dihadapi. Untuk satu siklus tanam dengan populasi sekitar 3.000 batang tomat, modal yang dikeluarkan bisa mencapai Rp 12 juta. Dengan harga jual yang tidak sampai Rp 1.000/kg, pendapatan yang didapat bahkan tidak mampu menutupi biaya produksi.
“Kerugian bisa sampai 50 persen. Kalau dirawat pun hasilnya tidak sebanding dengan modal,” tambah Khusnul.
Khusnul memperkirakan, dari awal hingga akhir musim, total produksinya sebenarnya bisa mencapai lebih dari 6 ton. Namun, karena tanaman tidak dirawat secara intensif akibat harga yang tidak menjanjikan, hasil panen pun ikut menurun.
Di tengah kesulitan tersebut, langkah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang yang membeli sebagian hasil panen menjadi penolong kecil. “Alhamdulillah kemarin ada pembelian sekitar 1,5 kuintal tomat oleh Pemkab dengan harga Rp 2.500 per kilogram. Setidaknya itu membantu sedikit,” ujarnya.
Kedepan, Khusnul dan petani lainnya berharap ada intervensi yang lebih konkret dari pemerintah. Ia berharap pemerintah dapat menstabilkan harga atau mencari solusi jangka panjang, seperti memasukkan tomat ke dalam program bantuan atau cadangan pangan.
“Karena nanti di bulan Januari dan Februari biasanya pasokan tomat mulai menipis,” pungkasnya, berharap siklus merugikan ini tidak terus berulang. (san)
What's Your Reaction?


