Wadahi Pelukis Tulungagung Pamerkan Karya, Tandai 10 Tahun Eksistensi
Tulungagung, (afederasi.com) - Puluhan seniman di Tulungagung yang tergabung dalam Organisasi Kesenian Tanpa Nama (Orkestanam), memamerkan karyanya di Balai Budaya Kabupaten Tulungagung, untuk menunjukkan 10 tahun eksistensi mereka dengan tajuk Mengeja Waktu.
Dalam acara tersebut dihadiri oleh lintas Dinas mulai Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perhubungan serta beberapa seniman di Tulungagung.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung, Rahadi Puspita Bintara yang turut dalam pembukaan pameran ini mengapresiasi langkah yang diambil oleh para perupa dalam pameran kali ini.
Apalagi diharapkan keberadaan perupa di Tulungagung bisa ikut membentuk karakter anak bangsa, termasuk pelajar di Tulungagung.
Pameran lukisan ini dibuka untuk umum, dengan tenggang waktu mulai 29 April sampai 5 Mei 2023 mendatang.
"Kedepan ada workshopnya untuk para pelajar, ini yang harus kita dukung sebagai upaya membentuk karakter anak bangsa, terutama pelajar," jelas Pipit sapaan akrab Rahadi Puspita Bintara, Minggu, (30/4/2023).
Sementara itu Ketua Orkes Tanam, Kakung mengatakan, kegiatan kali ini menampilkan 40 lukisan dari 25 perupa, dengan rincian 18 orang dari Anggota Orkestanam dan 7 lainnya dari Yogyakarta, namun masih ada hubungan baik dan sering berkegitan di Tulungagung.
"Mereka walaupun dari luar kota namun masih memiliki garis keturunan dari Tulungagung," ucapnya.
Kakung melanjutkan, dari puluhan karya seni yang ditampilkan setidaknya ada 6 aliran seni rupa yang dipamerkan kali ini, mulai dari aliran realis, kemudian drawing, abstrak, pointilis, hingga surealis.
Media yang digunakan sendiri juga bermacam macam, mulai dari kanvas, kemudian kayu, lalu seng bekas dan beberapa lainnya.
Ada juga salah satu lukisan yang memiliki nilai historis ya lukisan almarhum pak Widji, karya dari perupa senior asal Tulungagung, yang dalam pameran ini juga kita pamerkan.
Untuk karya sendiri jika pengunjung ada yang berminat bisa dimiliki dengan dibeli, namun karya tersebut tidak dilelang.
Kakung berharap, dengan adanya pameran ini bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pameran lukisan yang selama ini dianggap sebagai barang mewah, bahkan untuk melihatnya saja harus berbayar, padahal pameran yang dilakukan selama ini digelar secara gratis dan ketika masyarakat memberikan apresiasi maka itu menjadi sesuatu yang tak ternilai baginya.
"Selama ini kan ada anggapan kalau pameran itu mahal, harus berbayar, ini siapa saja boleh melihat dan gratis, apresiasi dari masyarakat yang membuat perupa seperti kita ini bangga," pungkasnya.(riz/dn)
What's Your Reaction?






