Prodi Sendratasik UNESA Kenalkan Kearifan Lokal Melalui Pertunjukan, Kisah Babad Banjarsari

17 Dec 2024 - 08:33
Prodi Sendratasik UNESA Kenalkan Kearifan Lokal Melalui Pertunjukan, Kisah Babad Banjarsari
Prodi Sendratasik UNESA Kenalkan Kearifan Lokal Melalui Pertunjukan (ist)

Jombang, (afederasi.com) – Desa Banjarsari, Kabupaten Jombang, menjadi fokus penelitian Tim Pengabdian pada Masyarakat dari Prodi Sendratasik Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Senin (16/12/2024), tim ini menggali kembali nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam cerita Babad Desa Banjarsari dan berupaya mengenalkannya kepada generasi muda melalui seni pertunjukan tradisional.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengangkat kembali cerita lokal yang sarat nilai historis dan budaya. Salah satu hasilnya adalah narasi Kolomongso, yang mengisahkan cikal bakal Desa Banjarsari.

Narasi tersebut dirangkai menjadi sebuah pertunjukan seni yang memadukan elemen musik rebana dan teater tradisional, sesuai dengan karakteristik masyarakat desa yang religius dan masih menjunjung tinggi budaya ketimuran.

Menurut Dr. Arif Hidajad, S.Sn., M.Pd., salah satu anggota tim, proses penyusunan cerita ini memakan waktu sekitar enam bulan melalui observasi, wawancara, dan studi literatur. "Kolomongso menjadi langkah awal untuk lebih membumikan nilai-nilai lokal kepada masyarakat. Pertunjukan ini dirancang agar relevan dengan karakteristik budaya Jombang, sekaligus menjadi media pembelajaran bagi generasi muda," ujar Dr. Arif di sela-sela proses latihan.

Meski memiliki kekayaan budaya yang berlimpah, Desa Banjarsari menghadapi kendala minimnya tokoh seniman yang dapat mengembangkan seni pertunjukan tradisional. Oleh karena itu, tim pengabdian masyarakat UNESA turut memberikan pelatihan dan workshop kepada masyarakat setempat. Kegiatan ini diharapkan mampu memperkuat identitas budaya desa sekaligus membangun kesadaran generasi muda agar tidak terputus dari akar budaya mereka, terutama pascapandemi.

"Ini sangat menarik untuk dikembangkan. Cerita Babad Desa Banjarsari perlu diperkenalkan kepada generasi penerus, sehingga mereka bisa menghayati dan meneladani nilai-nilai kehidupannya," kata Dr. Eko Wahyuni, salah satu anggota tim.

Dalam pertunjukan Kolomongso, musik rebana dipilih sebagai pengiring untuk mencerminkan nuansa religius masyarakat Banjarsari. Dengan pendekatan ini, cerita yang sarat nilai altruisme dan komunal disampaikan secara menarik dan sesuai dengan selera masyarakat lokal.

Sementara itu, video dokumentasi proses pelatihan sudah diunggah ke kanal YouTube sebagai langkah awal sosialisasi. Selanjutnya, tim UNESA akan melanjutkan pengembangan cerita dengan merancang episode-episode lain, yang direncanakan melalui workshop dan pelatihan intensif.

“Produk awal ini menjadi pijakan untuk langkah berikutnya. Harapannya, nilai-nilai budaya lokal dapat terus hidup dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Banjarsari,” tambah Dr. Arif.

Kegiatan ini melibatkan sejumlah akademisi dari UNESA, seperti Dr. Eko Wahyuni Rahayu, Dr. Arif Hidajad, S.Sn., M.Pd., Joko Winarko, S.Sn., M.Sn., Arief Sudrajat, S.Ant., M.Si., dan Pambudi Handoyo, S.Sos., MA. Mereka juga dibantu oleh mahasiswa seperti Khotib Hidayatulloh dan Tabah Luh Penatas, yang berperan aktif dalam proses penelitian hingga pelatihan.

Dengan langkah ini, cerita Babad Desa Banjarsari diharapkan tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat setempat, tetapi juga menjadi inspirasi untuk melestarikan kearifan lokal di tengah arus modernisasi.(dw) 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow