Minimnya Tanaman Tegakan, Penyebab Banjir dan Longsor di JLS

13 Oct 2022 - 16:39
Minimnya Tanaman Tegakan, Penyebab Banjir dan Longsor di JLS
Lahan diwilayah Selatan Tulungagung, yang ditanami Jagung, (rizki/afederasi.com)

Tulungagung, (afederasi.com) - Parahnya banjir dan tanah longsor di wilayah selatan Tulungagung disebut-sebut akibat dari alih fungsi lahan kehutanan yang berubah menjadi lahan pertanian.

Padahal Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung sudah sering membantu memberikan bibit tanaman produktif di wilayah tersebut. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tulungagung, Santoso menjelaskan, pihaknya tentu tidak menampik apabila saat ini kejadian banjir dan tanah longsor secara masif di kawasan selatan seperti Campurdarat dan Besuki.

Tentunya ini diakibatkan dampak dari alih fungsi lahanlahan. Dimana sebagian besar wilayah pegunungan di Kecamatan Tanggunggunung saat ini kondisinya gundul, lantaran dijadikan sebagai lahan pertanian tanaman jagung oleh masyarakat setempat. Hal itu justru memicu terjadinya banjir disertai lumpur dan tanah longsor di kawasan selatan. 

"Memang kenyataannya seperti itu, di wilayah selatan banyak lahan kehutanan yang difungsikan sebagai lahan pertanian," kata Santoso, Kamis (13/10/2022).

Santoso melanjutkan, terkait permasalahan ini, pihaknya sebenarnya tidak tinggal diam, selama pihaknya menjabat sebagai Kepala DLH Tulungagung, sudah ada sebanyak ratusan ribu bibit tanaman penghijauan berupa buah-buahan yang dialokasikan untuk wilayah selatan. 

Mulanya, bibit tanaman tersebut memang benar-benar ditanam. Hanya saja, saat tanaman tersebut sudah tumbuh setinggi 2 meter, masyarakat justru mematikan pohon tersebut secara berlahan dan apabila sudah mati justru dibakar. Dengan begitu masyarakat memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan pertanian jagung. 

"Mereka (Masyarakat) berfikir jika tanaman pelindung itu mengganggu tanaman jagung mereka," jelasnya.

Akibat permasalahan itu, pihaknya sangat menyayangkan mengingat apabila masyarakat sadar, tanaman produktif yang dialokasikan untuk wilayah selatan sebenarnya juga bisa bermanfaat bagi masyarakat.

Memang untuk meraih hasil dari tanaman tersebut memerlukan waktu yang lama yakni sekitar 4 sampai 5 tahun, sehingga masyarakat lebih memilih tanaman jagung lantaran dalam jangka waktu 3 bulan, mereka sudah mendapatkan hasilnya.

"Sebenarnya, nilai hasil dari tanaman produktif tersebut lebih menguntungkan dibanding tanaman jagung," katanya. 

Berbeda dengan wilayah pegunungan di barat Tulungagung, bantuan bibit tanaman produktif disana sampai saat ini masih terawat. Makanya wilayah sana sangat jarang terjadi longsor dibandingkan wilayah selatan. 

Santoso mengaku, permasalahan ini memang tidak bisa semata-mata diselesaikan dengan pemerintah daerah terus menerus memberikan bantuan bibit tanaman tegakan di wilayah selatan.

Perlu peran serta masyarakat terkait kesadarannya untuk menjaga alam dan mulai memelihara tanaman tegakan di wilayah selatan. Pihaknya menghimbau agar masyarakat mulai sadar, agar bencana pada musim penghujan tidak bertambah parah.

"Dengan adanya dampak bencana banjir dan tanah longsor yang cukup parah di wilayah selatan harusnya menyadarkan masyarakat akan peran penting fungsi hutan itu sendiri dan mulai mengembalikan sebagaimana fungsinya," pungkasnya.

Sementara itu hal senada diungkapkan oleh Deputi Advokasi dan Investigasi PPLH Mangkubumi dan Anggota Jaringan Independent Pemantau Kehutanan-JPIK, Maliki Nusantara menjelaskan, pegunungan yang terletak di wilayah selatan Kabupaten Tulungagung adalah bekas gunung berapi purba, yang mana tanahnya tergolong subur dan banyak mengandung unsur hara. 

Namun, lapisan tanah yang subur tersebut hanya sekitar 1-1,5 meter diatas lapisan batu gunung api purba, yang mana lapisan tanah tersebut terkikis setiap tahunnya. 

Dari data riset Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), bahwa setiap tahunnya tanah subur yang kaya akan unsur hara (tanah salung) di wilayah pegunungan selatan Tulungagung terkikis 1 cm setiap tahunnya

"Lapisan tanah yang subur masih sekitar 40 cm dari 1-1,5 meter diatas lapisan bebatuan," katanya. 

Maliki melanjutkan, hal tersebut disebabkan beberapa faktor, mulai dari curah hujan tinggi dan diperparah dengan perilaku manusia yang melakukan proses - proses perusakan terutama di wilayah hutan yang menyebabkan kegundulan lahan di area hutan tersebut. 

Dikarenakan hutan gundul, tidak ada serapan dan penahan air, maka lapisan tanah lambat laun kian terkikis. 

"Apabila dilihat dari satelit sendiri, bahwa memang banyak sekali lahan yang gundul di wilayah selatan Tulungagung," jelasnya. 

Maliki menambahkan, apabila hal tersebut tidak diantisipasi dengan reboisasi dan kelestarian hutan, yang bakal terjadi tanah tersebut tidak hanya banjir dan longsor, namun yang paling parah tanah tersebut tidak dapat di tanami kembali karena lapisan tanah yang kaya akan unsur hara lambat laun akan habis. 

Sebenarnya, reboisasi diwilayah pegunungan selatan Tulungagung sudah dilakukan sekitar tahun 2000 an, namun karena ada oknum yang nakal, lantaran tanaman reboisasi malah dirusak dan digunakan fokus pertanian. 

" Jadi sekiranya tanaman reboisasi menutupi tanaman jagung mereka akan dirusak dan dimatikan," ungkapnya. 

Apalagi mereka yang merusak tamanan reboisasi juga tidak merasakan banjirnya, yang merasakan adalah yang di wilayah yang lebih rendah. 

"Perlu kesadaran masyarakat akan hal tersebut agar kelestarian lingkungan hidup terjaga dan terjadi keseimbangan lingkungan," pungkasnya

Sementara itu, Plt Camat Tanggunggunung, Heru Junianto mengatakan, memang kondisi hutan di Kecamatan Tanggunggunung banyak yang gundul lantaran difungsikan sebagai lahan tanaman jagung oleh masyarakat.

Pihaknya sudah merencanakan untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang menggarap lahan pertanian, sehingga berpotensi menyebabkan longsor.

Dalam hal ini, pihaknya masih perlu melakukan pendataan terhadap warga yang menggarap lahan tersebut, untuk nantinya dijadikan sasaran sosialisasi.

 "Kami sudah koordinasi dengan masing-masing kades untuk mendata warganya yang menggarap lahan pertanian di kawasan hutan, nanti kami berikan sosialisasi," katanya. 

Selain sosialisasi itu, Pemkab Tulungagung sendiri juga sudah menyarankan agar di wilayah Tanggunggunung diberi tanaman tegakan dengan dijadikan sebagai pagar.

Dimana lahan di Kecamatan Tanggunggunung tidak semuanya dijadikan lahan pertanian, sehingga potensi longsor pun berkurang. Disamping itu, pihaknya juga akan mencari bantuan bibit tanaman buah-buahan dengan tujuan selain sebagai penahan tanah, juga bisa dimanfaatkan warga untuk dipanen dan diperjual belikan.

"Kita juga akan terjunkan Tim Pengawas untuk mengawasi tanaman tegakan tersebut agar tidak dimatikan oleh warga," pungkasnya.(riz/dn) 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow