Lumut Jadi Lahan Primadona, Sepekan Raup Rp 2 Juta

09 Nov 2022 - 14:40
Lumut Jadi Lahan Primadona, Sepekan Raup Rp 2 Juta
Salah satu pencari lumut laut (alifia rahma/afederasi.com)

Situbondo, (afederasi.com) - Lumut laut menjadi primadona bagi puluhan warga Desa Peleyan, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo. Pasalnya dalam sepekan penjualan lumut laut mendapatkan keuntungan Rp2 juta. 

Salah satu pencari lumut laut, Broto warga Desa Peleyan, Kecamatan Panarukan mengaku rata-rata mendapatkan keuntungan Rp 2 juta dalam sepekan. Itu didapatkan dari hasil mencari lumut laut di pantai setempat. Hingga saat ini diusianya yang 52 tahun pekerjaan tersebut tidak dia tinggalkan. Sebab, penghasilannya lumayan banyak.

“Mengambil lumut tidak butuh modal solar atau pertalite. Kami cukup menunggu air surut baru turun mengumpulkan lumut,” ujarnya Rabu (9/11/2022).

Broto juga mengatakan, setiap hari mengambil lumut sebanyak 10 hingga 20 karung.Setelah itu dikeringkan di pinggir pantai. Ketika lumut sudah kering kemudian ditumpuk selama satu pekan. Setelah itu dijual kepada tengkulak yang rutin datang setiap minggu.

“Harga lumut laut dalam satu kilogram dipatok harga Rp 1,500. Jika satu kuintal bisa dapat uang Rp 250 ribu. Pokoknya kalau dikumpulkan dalam satu minggu bisa dapat uang Rp 2 juta lebih,” katanya.

Pria paruh baya tersebut menambahkan, asalkan tenaganya kuat, penghasilan yang bakalan didapatkan lumayan besar. Yang terpenting pekerja tidak takut dengan dingin dan siap berpanas-panasan di bawah terik matahari. 

Menurutnya untuk mendapatkan satu kilogram cukup lama, dari lumut yang tipis itu harus dijemur hingga kering. Ketika waktu ditimbang lumut yang awalnya satu karung akan menyusut karena berkurang kadar airnya, hanya dapat 7 kilogram.

"Tapi kalau dianggap kerja sambil olah raga pasti semangat. Apalagi kalau sudah ada tengkulak yang menjemput, panas satu minggu bisa hilang seketika pas lihat hasilnya,” imbuhnya.

Tak hanya itu saja, dirinya juga menyampaikan, pencari seperti dirinya sudah mendapatkan bantuan alat dari tengkulak. Alat yang diberikan berupa penutup lumut begitu hujan. Ada jaring untuk lamak penjemuran lumut, serok dan sejumlah peralatan untuk mengambil lumut.

“Alhamdulillah, warga divasilitisi semua oleh tengkulak. Kita tinggal bekerja. Modalnya tidak ada, cukup siap turun mengumpulkan lumut dan hasilnya diambil sendiri,” tuturnya.

Masih kata Broto, yang bekerja di pinggir pantai tersebut mencapai 50 orang lebih. Dan pencari juga tidak dibatasi, setiap warga yang ingin mengambil tidak ada larangan. Yang penting mau bekerja.

“Lumut dipinggir pantai ini bebas diambil siapa saja, tidak ada ketentuan dari siapapun. Cuma pekerja yang sudah dapat alat bantuan dari tengkulak tidak boleh menjual kepada tengkulak yang lain," tutupnya.(vya/dn) 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow