Kasus Diabetes Naik, Menkes Desak Kemenkeu Terapkan Cukai Minuman Berpemanis
Jakarta, (afederasi.com) – Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mendesak Kementerian Keuangan untuk segera memberlakukan cukai pada Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK), sebagai upaya untuk mengantisipasi kenaikan kasus diabetes pada anak.
Desakan tersebut tertuang dalam surat yang dikirimkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani.
“Surat ke Kemenkeu, usulkan pengenaan cukai MDBK. Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK) diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa konsumsi MBDK harus dibatasi,” ungkap Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI.
Selain itu, Kemenkes juga akan mengatur kandungan gula, garam, dan lemak dalam makanan melalui amandemen Peraturan Menteri Kesehatan 2013 dan 2015 sebagai langkah preventif. Terkait dengan hal itu, Kemenkes akan berkoordinasi dengan sejumlah lembaga terkait.
“Kita akan fokusnya ke promotif dan preventif seperti gula, garam sama lemak akan kita atur. Ini mungkin multisektoral, Jadi kita bicara dengan Pak Menko juga karena sudah menyinggung industri, sisi ekonomi,” jelasnya.
Sebelumnya Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan sebanyak 1.645 anak-anak di Tanah Air mengidap diabetes mellitus. Penyakit tersebut paling banyak menyerang anak usia 10-14 tahun.
Sementara itu, Direktur Kebijakan Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) Olivia Herlinda mengungkapkan penerapan cukai MBDK di berbagai negara sudah terbukti menurunkan konsumsi jenis minuman tersebut di masyarakat.
Dalam paparannya, CISDI menerangkan bahwa penerapan 20 persen cukai MBDK di berbagai negara bagian di Amerika Serikat diperkirakan akan menurunkan konsumsi MBDK sebesar 24 persen.
Sedangkan Meksiko, berhasil menurunkan jumlah pembelian MBDK sebesar 19 persen melalui penerapan cukai MBDK sebesar 10 persen, dan diperkirakan akan lebih efektif lagi bila tarif tersebut ditingkatkan.
Selain itu, kebijakan cukai MBDK di Inggris dapat mendorong penurunan kadar dula sebesar 11 persen pada periode 2016-2017. Studi pemodelan di Thailand juga menunjukkan cukai MBDK sebesar 20 persen dan 25 persen dapat menurunkan prevalensi obesitas sebesar 3,83 persen dan 4,91 persen.
“Namun kaitannya apakah dengan cukai MBDK bisa menurunkan prevalensi penyakit dan sebagainya. kita masih membutuhkan studi panjang, berapa tahun ke depan mungkin sudah ada hasilnya. Karena pemberlakuannya masih baru, di banyak negara pun masih terbuktinya untuk menurunkan konsumsi sudah cukup konservatif,” ungkap Olivia seperti dikutip dari VOA. (mhd)
What's Your Reaction?