Jelang Pemilu 2024, Narasi Intoleran dan Radikalisme Masih Ada
Kediri, (afederasi.com) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar mengungkapkan potensi intoleransi dan radikalisme di masyarakat masih ada. Apalagi jelang pemilu 2024 narasi intoleransi semakin berkembang di ruang publik.
"Kewaspadaan ini juga seiring dengan bergulirnya tahun politik, yaitu Pemilu 2024. Untuk itu kita semua harus waspada apalagi para santri ini," ungkapnya usai memberikan kuliah umum di Pondok Pesantren Lirbyo, Selasa (29/11/2022) kemarin.
Dengan ancaman itu, Boy menambahkan, pihaknya terus melakukan pengamatan dan koordinasi dengan lembaga dan pemangku kebijakan.
Sejauh ini, dari proses pengamatan menunjukkan semua masih dalam batas wajar. Namun upaya untuk mengontrol hal tersebut harus terus dilakukan, sehingga narasi-narasi intoleran tidak sampai menjadi suatu yang dominan.
Berkaca pada sebelum masa pandemi, Boy mengaku ada yang menonjol pada kegiatan radikalisme. Seperti pemberangkatan anak bangsa Indonesia ke Syiria. Namun saat pandemi melanda, terjadi narasi intoleransi dan radikalisme yang kuat pada sosial media.
"Kita kuatkan lagi literasi digital dan bekerjasama kepada manajemen platform serta provider kartu. Selain itu penguatan nilai-nilai agama dan kebangsaan kepada anak bangsa bisa terus ditekankan agar pola pikir kepada masyarakat bisa terus cinta tanah air," paparnya.
Lebih lanjut, dirinya juga terus mewaspadai penggunaan politik identitas. Mengingat hal tersebut juga sangat berpotensi dalam menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat.
"Kami tidak mau suasana seperti ini didomplengi oleh orang-orang yang memiliki niat menjalankan aksi teror," ujarnya.
Sementara itu, KH. Abdullah Kafabihi Mahrus selaku pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo mengatakan, pemerintah harus waspada dengan ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Menjaga keseimbangan merupakan tugas pemerintah yang penting.
"Jangan sampai muncul gerakan-gerakan yang membahayakan kedaulatan masyarakat," ujarnya.
Dia menambahkan, untuk mencegah aksi terorisme ini, salah satunya adalah dengan belajar kepada orang atau lembaga yang tepat.
"Belajar agama harus pada ahlinya, jangan yang mengajarkan kekerasan," tandasnya. (sya/dn)
What's Your Reaction?