Hujan Ekstrem Diprediksi Mereda di 31 Desember

29 Dec 2022 - 19:51
Hujan Ekstrem Diprediksi Mereda di 31 Desember
Para pengendara menerobos hujan lebat. (ist)

Jakarta, (afederasi.com) - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengungkap, diperkirakan ada penurunan kondisi cuaca buruk pada momen pergantian tahun 2023.

Namun demikian, potensi hujan memang tetap akan turun paling tidak hingga Sabtu (31/12/2022).

“Tapi intensitasnya terus berkurang seperti di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek),”jelasnya.

Meski demikian, Dwikorita mengungkap sejumlah wilayah yang masih berpotensi cuaca buruk di akhir tahun.

“Pada 31 Desember kalau dilihat pada peta warna merah bertambah di Ujung Kulon, dan di Jateng bagian utara dan di Jatim bagian selatan. Sisanya merah pink itu [curah hujannya] mengarah bisa 100 mm-150 mm,”terangnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Fachri Rajab mengatakan, ada potensi hujan lebat pada dini hari tahun baru.

"Khusus tahun baru potensi hujan lebat dini hari, jadi kalau 31 Desember siang sore dan malam itu meningkat. Justru menjelang pergantian tahun mereda dan meningkat setelah pergantian tahun," ujar dia.

Pemaparan BMKG ini agak berbeda dengan keterangan mereka sebelumnya. Bahwa, hujan lebat hingga ekstrem akan turun di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya hingga awal tahun.

Hal ini ada dua penyebab berkurangnya kondisi tersebut. Pertama, kehadiran Bibit Siklon Tropis 95W yang berada di Filipina bagian selatan. Bibit tersebut merupakan indikasi awal badai tropis.

"Inilah yang menolong, seakan-akan menghisap mengakibatkan warna merah atau pink tadi menjadi terurai. Menjadi tidak ada lagi," kata dia.

Kedua, keberadaan pusat tekanan rendah yang memicu peningkatan kecepatan angin.

"Sebelum bibit, ada pusat tekanan rendah ada di Australia bagian utara, serta ada siklokasi siklonik berada di Laut China Selatan yang menginduksi terbentuknya peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot di Laut China Selatan,"jelasnya.

Bibit Siklon dan pusat tekanan rendah itulah yang seperti 'menghadirkan' cuaca ekstrem di Indonesia. Pasalnya, bibit siklon dan pusat tekanan rendah mengundang angin berkecepatan tinggi dan gelombang tinggi di sekitarnya.

"Warna-warna pink tadi ada yang sebagian terhisap terurai ke arah selatan karena pengaruh tekanan rendah di Ausralia bagian utara. Dan ada yang sebagian terbawa ke oleh pengaruh bibit siklon tropis yang ada di Filipina," katanya. (ans)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow