Empat Pantai di Tulungagung Jadi KEE, Satu Jadi Tempat Penangkaran Penyu Hijau
Tulungagung, (afederasi.com)- Empat pantai di Tulungagung digunakan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawanasa pada tahun 2022 lalu, yang mana dari empat pantai tersebut salah satunya digunakan sebagai tempat penangkaran Penyu hijau.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tulungagung, Makrus Manan menjelaskan, pada tahun 2020 lalu, pihaknya mengajukan empat pantai di Kabupaten Tulungagung untuk ditetapkan sebagai KEE, yang mana keempat pantai tersebut diantanya Pantai Sanggar, Pantai Ngalur, Pantai Patok Gebang dan Pantai Jung Pakis, (Galur Pakis).
Dari empat pantai yang diajukan setelah melalui proses yang panjang akhirnya pada tahun 2022, Gubernur Khofifah Indar Parawansa akhirnya menetapkan juga keempat pantai tersebut sebagai KEE.
Adapun pantai yang diajukan sendiri dengan luasan 260 hektare yang sebenarnya tidak hanya terdiri dari pantai itu saja melainkan juga termasuk ke kawasan hutan di sekitar wilayah empat pantai tersebut, yang mana dari lokasi yang ada juga harus dijaga pula kelestariannya.
“Jadi bukan hanya pantai saja yang dijaga, melainkan juga dari wilayah hutan disekitar pantai,”jelas Makrus, Senin (9/1/2023).
Makrus melanjutkan, adapun alasan dari pengajuan empat pantai tersebut lantaran kondisinya yang masih sangat alami, disertai pula dengan minimnya aktivitas manusia didalamnya, serta masih ditemukan satwa liar yang harus dijaga kelestariannya. Dari empat pantai tersebut satu pantai dijadikan sebagai tempat konservasi penyuhijau.
“Pantai Pathok Gebang sendiri merupakan lokasi pantai satu-satunya di Tulungagung yang dijadikan tempat bertelurnya penyu hijau,”jelasnya.
Atas kelestariannya, pihaknya berupaya untuk melindungi kelestariannya dengan mendirikan lokasi tersebut sebagai tempat konservasi penyu hijau. Namun sebenarnya lokasi Pantai Patok Gebang sudah dilakukan untuk tempat konservasi penyu sejak tahun 2015 lalu, yang mana belum jelas tentang pengelolaannya.
“Pengelolaan kali ini melibatkan lintas sektoral mulai Perhutani, DLH, Dinas Perikanan dan Kelautan dan lain-lain. Untuk opesional konservasi diserahkan kepada masyarakat setempat," ungkapnya.
Lantaran Pantai Patok Gebang digunakan sebagai lokasi perkembangbiakan penyu, pihaknya membatasi adanya pembangunan bangunan secaara permanen, terlebih untuk pemukiman warga.
Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar perkembangbiakan penyu bisa maksimal mengingat penyu sendiri tidak ingin bertelur jika lokasinya tempat bertelur banyak aktifitas manusia.
“Penyu memang seperti itu, memilih tempat yang jauh dari aktivitas manusia untuk bertelur, jika memang lokasi tersebut banyak manusia dan pasir di wilayah pantai diinjak –injak maka akan menjadi keras dan penyu sendiri tidak bisa bertelur di pantai yang padat tersebut, maka dari itu aktivitas manusia dilakukan pembatasan,” paparnya.
Disinggung meskipun ada pembatasan aktivitas manusia adakah hal lain yang menggangu perkembang biakan penyu, Makrus menjelaskan jika ada hal lain yang mengganggu perkembang biakan penyu, diantaranya adanya predator hewan lainnya seperti ular, biawak dan burung.
Ular itu biasanya memakan telur dengan mencari lokasi tempat penyu bertelur, namun ular masih dibilang biasa jika dibandingkan dengan biawak, jika biawak bisa memakan telur dengan jumlah yang banyak.
Sedangkan burung itu sendiri ketika penyu sudah kembali ke lautan, penyu yang masih kecil jika kembali ke lautan lebih cenderung ke permukaan maka dari itu menjadi makanan burung pemangsa.
“Penyu yang masih kecil belum bisa menyelam dan cenderung di permukaan maka dari itu menjadi makanan burung pemangsa," tuturnya.
Masih menurut Makrus, untuk mengantisipasi hal tersebut pihaknya bersama lintas sektoral melakukan pemantauan jika telur sudah menjadi penyu, kemudian membawa ke tempat konservasi hingga cukup waktu untuk kiranya penyu tersebut bisa dikembalikan ke laut.
“Penyu dibiarkan besar terlebih dahulu sekitar 3 sampai 4 minggu,kemudian dilepas kembali agar ketika dilepas penyu bisa menyelam,” katanya
Dari data team operasional Konservasi, ada sekitar 20 penyu hijau yang bertelur di wilayah Pantai Patok Gebang secara bersamaan, apabila dikalkulasikan satu ekor penyu bisa bertelur hingga 50 butir dan bahkan bisa lebih,.
“Dari jumlah ratusan telur tersebut prosentase kehidupan hanya 10 persen saja dan itu sudah yang paling tinggi. Maka dari itu tujuan konservasi disitu selain agar penyu hijau tetap bertelur disana, tetapi juga agar populasi penyu hijau terus terjaga," pungkasnya.(riz/dn)
What's Your Reaction?