Ancaman Rabies di Indonesia: Kasus Meningkat, Upaya Pencegahan dan Perlindungan yang Perlu Dilakukan
Kasus rabies baru-baru ini telah menciptakan ketegangan di kalangan masyarakat. Sebuah anak meninggal dunia setelah digigit oleh anjing 'gila' yang terinfeksi rabies.

NTT, (afederasi.com) - Kasus rabies baru-baru ini telah menciptakan ketegangan di kalangan masyarakat. Sebuah anak meninggal dunia setelah digigit oleh anjing 'gila' yang terinfeksi rabies. Kasus ini mencuat, meskipun pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai status bebas rabies pada tahun 2023. Ancaman rabies terus mempengaruhi masyarakat, dan pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat mencegahnya?
Rabies adalah penyakit yang mematikan dan menyebar melalui air liur hewan terinfeksi. Hewan-hewan seperti anjing, kelelawar, anjing hutan, rubah, sigung, dan rakun adalah penyebar utama rabies. Saat gejala rabies muncul, kematian hampir pasti tak terhindarkan. Namun, tindakan pencegahan sebelum dan setelah digigit oleh hewan penular rabies, seperti anjing, bisa memberikan harapan.
Satu-satunya cara untuk melawan rabies adalah melalui vaksinasi rabies, selain mencuci luka bekas gigitan. Vaksinasi harus dilakukan sebelum terjadi gigitan hewan yang terinfeksi. Jika seseorang sudah digigit tetapi belum divaksinasi, peluang untuk selamat sangat kecil. Oleh karena itu, rabies sering disebut sebagai penyakit yang mematikan.
Sayangnya, setelah pandemi Covid-19, capaian vaksinasi rabies pada hewan penyebar virus ini mengalami penurunan. Setidaknya 70 persen dari populasi anjing perlu divaksinasi rabies untuk menjaga manusia tetap aman. Pada tahun 2020, lockdown mengurangi kasus rabies, tetapi pada tahun 2021, kasus kematian karena rabies meningkat karena anjing-anjing yang tidak divaksinasi tertular rabies dan menggigit manusia.
Menurut data dari dr. Asep, kasus kematian akibat rabies telah meningkat drastis. Pada tahun 2022, terdapat 102 kasus kematian akibat rabies dan lebih dari 100.000 kasus gigitan hewan berisiko penular rabies. Data terbaru hingga Agustus 2023 mencatat 90 kematian akibat rabies dan 94.000 kasus gigitan. Jika tidak ada tindakan lebih lanjut, diperkirakan kasus kematian mencapai 135 jiwa dan kasus gigitan rabies akan mencapai 142.000 pada akhir tahun ini.
Hingga saat ini, 16 orang telah meninggal akibat rabies di Nusa Tenggara Timur (NTT). Jika tidak ada upaya pencegahan yang serius, angka kematian diperkirakan akan terus meningkat. Orang-orang yang berisiko tertular rabies termasuk mereka yang berhubungan dengan binatang, seperti vaksinator hewan, dokter hewan, dan pemelihara hewan.
Dr. Asep menjelaskan bahwa vaksin rabies harus diberikan setidaknya 3 bulan sebelum potensi terpapar rabies, untuk memastikan perlindungan yang cukup efektif terhadap virus tersebut. Dalam kasus gigitan, pencucian luka adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Namun, jika seseorang sudah divaksinasi sebelumnya, pemberian dosis tambahan tidak selalu diperlukan.
Dhimas Hariandhana, Franchise Manager Travel-Endemic Vaccines PT Kalventis Sinergi Farma, menekankan pentingnya vaksinasi rabies bagi mereka yang berisiko tertular rabies, seperti vaksinator hewan, dokter hewan, dan pemelihara hewan. Vaksin rabies dapat mencegah gejala berat rabies terjadi, khususnya pada orang-orang yang berisiko.
Geraldus Gunawan, Product Executive Companion Animal Kalbe Animal Health, menyarankan agar pemilik hewan peliharaan menjaga kebersihan lingkungan dan merawat kebersihan diri serta hewan peliharaan. Penyakit dapat dengan mudah menular antara manusia dan hewan peliharaan. Selain itu, pemilihan makanan yang tepat dan pemberian vitamin sesuai dengan umur hewan peliharaan juga penting untuk menjaga kesehatan mereka.
Rabies tetap menjadi ancaman serius di Indonesia, dan langkah-langkah pencegahan dan edukasi masyarakat sangat diperlukan untuk melindungi kesehatan masyarakat dan hewan peliharaan.(mg-2/jae)
What's Your Reaction?






